INSPIRASISEMANGAT MUSLIM MUDA
Pernak Pernik Muharram
- - Majalah AlFirdausTak terasa kita telah memasuki bulan Muharram 1432 Hijriah. Seakan begitu cepat waktu berlalu, hari berganti hari, pekan berganti bulan, dan tahun berlalu seiring dengan bergantinya siang dan malam. Hmm, barangkali penanggalan Hijriah tidak seberapa berkesan karena Negara kita menggunakan kalender Masehi. Dan yang akrab dalam keseharian kita adalah hitungan kalender Masehi. Mulai dari tanggal lahir, pernikahan, masuk dan libur sekolah dan sebagainya.
Shohib AF, sebagai seorang muslim kita perlu sejenak menghayati beberapa hal yang tekait dengan penanggalan Islam. Dalam sejarah pun, penetapan bulan Muharram sebagai awal bulan dalam kalender Hijriah adalah hasil musyawarah pada zaman khalifah Umar bin Khaththab tatkala mencanangkan penanggalan Isam. Lebih daripada itu, kalender hijriah adalah kalender ibadah kita!
Seringkali pula kita tidak memperhatikan, ternyata banyak lho ibadah berkait erat dengan penanggalan Hijriah. Bagi kebanyakan orang, hari istimewa bukan hari Jum’at, melainkan hari Minggu. Karena kalender yang dipakai adalah kalender Masehi. Padahal hari Minggu itu adalah hari ibadah orang Nashara (Kristen). Sementara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan hari Jum’at sebagai sayyidul ayyam (hari yang utama di antara hari yang lain).
Shohib AF, coba perhatikan penetapan hari raya kita! Apakah mengacu pada kalender Masehi? Tentu saja tidak. Wukuf di arafah pun, yang merupakan satu rukun dalam ibadah haji, waktunya berpijak pada kalender Hijriah. Begitu pula awal puasa Ramadhan, puasa tiap tanggal 13,14,15 setiap bulannya, puasa Syawal, puasa sembilan Dzulhijjah dan sebagainya mengacu pada penanggalan Islam.
Rasanya-rasanya penjelasan di atas sudah cukup panjang. Nah saatnya kita mesti belajar untuk tahu bulan-bulan Islam, berawal di bulan Muharram ini. Ada apa gerangan?
Satu di antara Empat Bulan Haram “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan lanit dan bumi, diantaranya terdapat empat bulan haram.” (QS. At-Taubah[9]:36).
Diriwayatkan dari Abu Bakrah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya),“Setahun terdiri dari dua belas bulan di dalamnya terdapat empat bulan haram, tiga diantaranya berurutan, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan keempat adalah Rajab yang diantarai oleh Jumadil (awal dan tsani) dan Sya’ban.”(HR.Bukhari).
Dinamakan Muharram karena tergolong bulan haram dan sebagai penekanan akan keharamannya. Keharaman yang diartikan pelarangan untuk berbuat maksiat pada empat bulan tersebut dikarenakan dosanya lebih besar dibanding bulan-bulan lainnya. Tapi bukan berarti ‘melegalkan’ kemaksiatan di luar empat bulan tersebut. Sebab kapan dan di mana pun, yang namanya maksiat, ya tetap berdosa!
Shohib AF, selayaknyalah istighfar menjadi dzikir andalan kita, selain tentu saja dzikir lainnya, yang diusahakan selalu terlancung di bibir kita. Lihat Rasulullah, dijamin masuk surga, toh setiap harinya beliau beristighfar sebanyak 70 kali! Apalagi kita-kita ini, yang tak ada jaminan sama sekali!!
Kalaupun kita tak sanggup memperbanyak dzikir istighfar setiap harinya, maka biasakan untuk berbuat banyak kebaikan. Insya Allah, dengan kebaikan yang dilakukan bisa menghapus kesalahan kecil. Soalnya kalau kesalahan besar alias dosa besar, hanya terampuni dengan taubat yang serius. Biidznillah.
Menengok Sejarah Asyura Di bulan Muharram ini terdapat sebuah hari yang dikenal dengan istilah yaumul asyura, yaitu pada tanggal sepuluh bulan ini. Asyuro berasal dari kata asyarah yang berarti sepuluh. Pada hari asyura, terdapat sebuah sunnah (baca petunjuk Nabi) yang diajarkan Rasulullah kepada umatnya untuk melaksanakan satu bentuk ibadah.
Tapi gimana ya ‘asal muasal’ asyura itu? Berawal atas kemenangan Nabi Musa ‘alaihissalam dan Bani Israil dari musuhnya. Sebagai rasa syukur mereka kepada Allah, maka mereka berpuasa. Dan telah berlalu masa yang panjang, di mana Rasulullah dan para shahabat tidak bertemu dengan masa Nabi Musa. Otomatis syariat yang berlaku di zaman Nabi Musa tergantikan dengan syariat pada zaman Muhammad sebagai rasul terakhir. Tapi orang-orang Yahudi di zaman Rasul, didapati mereka berpuasa asyura atas ‘budaya turun temurun’ dari zaman Musa. Karena Rasulullah adalah orang yang paling berhak daripada Nabi Musa akan syariat agama ini, maka Rasulullah memerintahkan para shahabat untuk juga berpuasa asyura. Bahkan Rasulullah telah berwasiat, agar menyelisihi Yahudi dan Nashara yang mengagungkan hari asyura, untuk berpuasa hari kesembilan jika tahun depan bertemu dengan bulan Muharram.
Raup Keutamaan dengan Puasa Shohib AF, pastinya kamu sudah dapat menyimpulkan ulasan ini. Ternyata ada ibadah puasa yang dianjurkan untuk dihidupkan pada tanggal sembilan (tasu’a) dan sepuluh Muharram. Lebih jelasnya, Rasulullah mengingatkan kembali, “Puasalah pada hari Asyura, dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.” (HR. Ahmad).
Jadi puasa asyura itu bertingkat-tingkat: ada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram, atau sepuluh dan sebelas, atau 9,10,11, boleh juga memperbanyak puasa selama bulan ini.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ia telah berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah bulan Allah Muharram.” (HR. Muslim).
Diriwayatkan dari Abu Qatadah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Aku berharap pada Allah dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Yang Nyeleneh…! Kamu pernah dengar kan tentang peristiwa karbala? Sebuah peristiwa memilukan yang selalu dilakukan bertepatan dengan sepuluh Muharram. Peristiwa ini didalangi oleh kelompok syiah yang menyimpang dari petunjuk Rasulullah. Kecintaan mereka kepada ahlul bait (keluarga Rasulullah) terlampau berlebihan. Mereka menyikapi Muharram sebagai hari penuh duka atas kematian cucu Rasulullah; Husain. Mereka meratap dan menampakkan kebiasaan-kebiasaan jahiliyah. Seperti menampar pipi, merobek-robek pakaian, bahkan pernah ditayangkan di sebuah stasiun televisi negeri kita dari negeri ‘seberang sana’, mereka merayakan karbala dengan ‘adegan’ berdarah, lagi! Sudah tidak dikenal istilah karbala dalam ajaran Islam yang sebenarnya, berani banget bermain-main dengan nyawa! Bener-bener nyeleneh!
Shohib AF, hendaknya kita mengisi waktu di bulan Muharram ini dengan banyak beribadah, sebagai kedekatan kita kepada Allah. Itu lebih baik, lebih berpahala malah! Thus, jangan lewatkan momen Islam yang merangkai hari-harimu. Sebab boleh jadi, pahala besar siap dipanen kelak.
gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3Ep3jyJsk-37ad1e2nH8xNdyQ4Goz0RS4Fi5gl4Ht-HSGIpzjb7PUfN7GZy2gM8Viskz1vrWBv_uFTnFZ5W1FTdvmlq4kQGf6loV-UuaUGuLQfkxSJBP9fVFPiMDJrz76_L4JDPwiBA/s400/bulan+10+muharram.jpg
Untukmu Sahabat
- - Majalah AlFirdausTELAH TERBIT!
EDISI TERBARU MUHARRAM-SAFAR!
"UNTUKMU SAHABAT"
Semua tentang sahabat! Temukan arti sahabat sejati dan bagaimana bertemu dengannya!
Saat persahabatan sejati menjelma menjadi ukhuwah yang amat manis rasanya.
Jelajahi dunia semut dalam Sekitar Kita, lalu jalan-jalan ke Raha bersama rubrik Inspirasi. Jangan lewatkan lanjutan pembahasan hadits tentang niat dalam Warisan Rasul. Menengok bagaimana kehebohan akhir tahun dalam Realitas. Stt... Ada yang tahu tentang GIS? Simak di Sainstech yah! Jangan lupa rubrik-rubrik menarik lainnya!
Ayo, jangan sampai edisi ini terlewatkan!
Alfirdaus, Inspirasi Muslim Muda.
Panduan Iedul Qurban
- - Majalah AlFirdaus
Panduan Iedul Qurban
‘Iedul Qurban adalah salah satu hari raya di antara dua hari raya kaum muslimin, dan merupakan rahmat Allah shubhaana wa ta'ala bagi ummat Muhammad shallallahu 'alahi wa sallam . Hal ini diterangkan dalam hadits Anas radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: Nabi shallallahu 'alahi wa sallam datang, sedangkan penduduk Madinah di masa jahiliyyah memiliki dua hari raya yang mereka bersuka ria padanya (tahun baru dan hari pemuda /aunul mabud), maka (beliau) bersabda:
“Aku datang kepada kalian, sedangkan kalian memiliki dua hari raya yang kalian bersuka ria padanya di masa jahiliyyah, kemudian Allah menggantikan untuk kalian du a hari raya yang lebih baik dari keduanya; hari ‘Iedul Qurban dan hari ‘Iedul Fitri.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasai dan Al-Baghawi, shahih, lihat Ahkamul Iedain hal. 8).
Selain itu, pada Hari Raya Qurban terdapat ibadah yang besar pahalanya di sisi Allah Shubhaanahu wa ta'ala , yaitu shalat ‘Ied dan menyembelih hewan kurban.
Ta’rif (pengertian) Udhiyah
Udhiyah atau Dhahiyyah adalah nama atau istilah yang diberikan kepada hewan sembelihan (unta, sapi atau kambing) pada hari ‘Iedul Adha dan pada hari-hari Tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah) dalam rangka ibadah dan bertaqarrub kepada Allah Shubhaanahu wa ta'ala .
Dalil-dalil Disyariatkannya berdasarkan Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’a. Dalil Al Qur’an
Firman Allah Shubhaanahu wa ta'ala :
“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah” (QS. Al Kautsar : 2)
Berkata sebahagian ahli tafsir yang dimaksud dengan berqurban dalam ayat ini adalah menyembelih udhiyah (hewan kurban) yang dilakukan sesudah shalat ‘Ied (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 4:505 dan Al Mughni 13:360)
b. Dalil As Sunnah
Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu 'anhu ia berkata:
“Nabi shallallahu 'alahi wa sallam berkurban dengan dua ekor domba jantan yang keduanya berwarna putih bercampur hitam dan bertanduk. Beliau shallallahu 'alahi wa sallam menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri sambil membaca basmalah dan bertakbir” (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Dalil Ijma’
Seluruh kaum muslimin telah bersepakat tentang disyariatkannya (Lihat Al Mughni 13:360)
Fadhilah (Keutamaan)
Telah diriwayatkan oleh imam Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Aisyah radhiyallahu 'anha, Bahwa Nabi shallallahu 'alahi wa sallam bersabda bahwa menyembelih ( udhiyah) adalah amalan yang paling dicintai oleh Allah shubhaana wa ta'ala dari anak Adam (manusia) pada hari itu dan sangat cepat diterima oleh-Nya sampai diibaratkan, sebelum darah hewan sembelihan menyentuh tanah, namun riwayat ini lemah karena pada sanadnya ada Abu Al Mutsanna Sulaiman bin Yazid dan dia telah dilemahkan olah ulama-ulama hadits) (Lihat Takhrij Misyatul Al Mashobin 1:462)
Walaupun demikian ulama telah bersepakat bahwa berkurban adalah ibadah yang paling utama (afdhal) dikerjakan pada hari itu dan dia lebih utama dari pada sekedar berinfaq.
Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata : “Nabi shallallahu 'alahi wa sallam telah melakukan udhiyah,demikian pula para khalifah sesudah beliau. Seandainya bersede-kah biasa lebih afdhal tentu mereka telah melakukannya”. Dan beliau berkata lagi : “Mangutamakan sedekah atas udhiyah akan mengakibatkan ditinggalkannya sunnah Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam ”. ( Al Mughni 13:362)
Hukummya
Hukum Udhiyah adalah Sunnah Muakkadah (sangat ditekankan) bahkan sebagian ulama mewajibkan bagi yang mampu, namun pendapat yang rajih (kuat) adalah pendapat jumhur ulama yang mengatakan sunnah muakkadah dan dimakruhkan meninggalkannya bagi orang yang sanggup mengerjakannya – Wallahu A’lam-
Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata :
“Tidak ada khabar yang shahih yang menunjukkan bahwa salah seorang dari shahabat memandang hukumnya wajib”
Hukum sunnah ini bisa menjadi wajib oleh satu dari dua sebab berikut:
-Jika seseorang bernadzar untuk berkurban.
-Jika ia telah mengatakan ketika membeli (memiliki) hewan tersebut: “Ini adalah hewan udhiyah (kurban)” atau dengan perkataan yang semakna dengannya.
Hikmah Qurban-Taqarrub (pendekatan) kepada Allah shubhaana wa ta'ala
-Menghidupkan sunnah Ibrahim dan semangat pengorbanannya
-Berbagi suka kepada keluarga, kerabat, sahaya dan fakir miskin
-Tanda kesyukuran kepada Allah shubhaana wa ta'ala atas karunia-Nya
Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda :
“Hari-hari ini adalah hari makan dan minum serta berdzikir kepada Allah shubhaana wa ta'ala ” (HR. Muslim)
Syarat Hewan yang dijadikan Udhiyah
Udhiyah tidak sah kecuali pada unta, sapi dan kambing :
1. Unta minimal 5 tahun
2. Sapi minimal 2 tahun
3. Domba minimal 6 bulan
4. Kambing biasa minimal 1 tahun
Dan tidak mengapa menyembelih hewan yang telah dikebiri, sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Abu Rafi radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam menyembelih dua ekor domba yang berwarna putih bercampur hitam yang sudah dikebiri (HR. Ahmad).Apalagi hewan yang telah dikebiri lebih baik dan lebih lezat.
Hewan Yang Tidak Sah Dijadikan Udhiyah
Merupakan syarat dari udhiyah adalah bebas dari aib/ cacat. Karenanya tidak boleh menyembelih hewan yang memiliki cacat, diantaranya :
1.Yang sakit dan tampak sakitnya
2.Yang buta sebelah dan tampak pecaknya
3.Yang pincang dan tampak kepincangannya
4.Yang sangat kurus sehingga tidak bersumsum lagi
5.Yang hilang sebahagian besar tanduk atau telinganya
6.Dan yang termasuk tidak pantas untuk dijadikan udhiyah adalah yang pecah atau tanggal gigi depannya, yang pecah selaput tanduknya, yang buta, yang mengitari padang rumput namun tidak merumput dan yang banyak kudisnya.
Waktu Penyembelihan
Penyembelihan dimulai seusai shalat ‘Iedul Adha hingga akhir dari hari-hari tasyrik yaitu sebelum terbenam matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah. Dan sebagian ulama memandang waktu terakhir berkurban adalah terbenamnya matahari pada tanggal 12 Dzulhijjah -Wallahu A’lam-
Dari Al Baro’ bin Azib radhiyallahu 'anhu , Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya yang pertama kali dilakukan pada hari (‘Iedul Adha) ini adalah shalat, kemudian kita pulang lalu menyembelih (udhiyah). Barangsiapa yang melakukan seperti ini maka telah sesuai dengan sunnah kami dan barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat maka sembelihan itu hanyalah daging untuk keluarganya dan tidak termasuk nusuk (ibadah)” (HR. Bukhari dan Muslim)
Do’a yang dibaca Saat Menyembelih “ Bismillahi Allahu Akbar” (Dengan nama Allah, Allah Yang Maha Besar) Dan boleh ditambah :
“Allahumma Hadza Minka Walaka Allahumma Hadza An.......”
Ya Allah, sembelihan ini dari-Mu dan bagi-Mu. Ya Allah sembelihan ini atas nama ……(menyebutkan nama yang berkurban)” (HSR. Abu Daud)
Urutan Udhiyah yang afdhal
1. Seekor unta dari satu orang
2. Seekor sapi dari satu orang
3. Seekor domba dari satu orang
4. Seekor kambing biasa dari satu orang
5. Gabungan 7 orang untuk seekor unta
6. Gabungan 7 orang untuk seekor sapi
Beberapa Hal Yang Berkenaan Dengan Udhiyah - Jika seseorang menyembelih udhiyah maka amalan itu telah mencakup pula seluruh anggota keluarganya (R. Tirmidzi dan Malik dengan sanad yang hasan)
- Boleh bergabung tujuh orang pada satu udhiyah yang berupa unta atau sapi (HR. Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi)
- Disunnahkan untuk membagi udhiyah menjadi tiga bagian : Sepertiga buat yang berkurban, sepertiga dihadiahkan dan sepertiga disedekahkan.
- Dibolehkan memindahkan hewan kurban ketempat atau negeri lain
- Tidak boleh menjual kulit dan daging sembelihan
- Tidak boleh memberikan kepada penjagal (tukang sembelih) upah dengan daging tersebut dan hendaknya upah dari selainnya (R. Muslim dari Ali radhiyallahu 'anhu )
- Disunnahkan juga bagi yang mampu untuk menyembelih sendiri hewan kurbannya .
- Barang siapa yang bermaksud untuk berkurban maka dilarang baginya memotong kuku dan rambutnya atau bulu yang melekat dibadannya sejak masuk tanggal 1 Dzulhijjah (HR. Muslim). Namun jika ia memotongnya, maka tidak ada kaffarah (tebusan) baginya namun hendaknya ia beristigfar kepada Allah shubhaana wa ta'ala, dan hal ini tidak menghalanginya untuk berkurban.
-Hendaknya menyembelih dengan pisau, parang (atau sejenisnya) yang tajam agar tidak menyiksa hewan sembelihan
- Seorang wanita boleh menyembelih hewan kurban
Barang siapa yang tidak sanggup untuk berkurban maka ia mendapat pahala –Insya Allah- karena Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam telah berkurban atas namanya dan atas nama kaum muslimin yang tidak mampu untuk berkurban.
Maraji’:
1. Fiqh As Sunnah, Asy Syekh Sayyid Sabiq
2. Al mughni, Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisy
3. Ahkamul ‘Iedain, Asy Syekh Ali Hasan Ali Abdul Hamid Al Atsary
sumber: http://www.wahdah.or.id/
Ada yang Spesial di 10 Hari Pertama Zulhijjah!
- - Majalah AlFirdausShohib AF, mungkin jika ada orang yang bertanya tanggal sama kamu, kamu akan dapat menjawabnya secara langsung. Mungkin, dengan sedikiti melirik kalender di jam tangan atau di hp, maka kamu bisa langsung tau tanggal berapa sekarang. Tapi bagaimana kalau yang ditanyakan sama kamu adalah penanggalan hijriah?
Nah…jadi bingung khan?
Kebiasaan kita menggunakan kalender masehi membuat kita, muslim Indonesia seringkali melewatkan momen-momen ibadah yang penting yang terkait dengan penanggalan hijriah ini. Salah satunya adalah dengan kedatangan bulan Dzulhijjah di tengah-tengah kita, tepat pada hari ini!
Hmm…, kali ini, setelah mengumpulkan beberapa bahan dari berbagai sumber, Alfirdaus akan mencoba berbagi ilmu sama Shohib AF semua tentang keutamaan 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah!
1. Firman Allah subhanahu wata’ala,
وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS. al-Fajr: 1-2)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “yang dimaksud adalah sepuluh hari (pertama) bulan Dzul Hijjah sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, Ibn az-Zubair, Mujahid, dan yang lain.“
2. Allah Ta’ala berfirman,
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ
“…dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan.”(Al Hajj: 28)
Ibnu Abbas rahimahullah berkata: “(Yang dimaksud adalah) hari-hari sepuluh (bulan Dzul Hijjah)“.
3. Dari Ibnu Abbas radliyallah ‘anhuma, berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلُ فِي هَذِهِ الْعَشْرَةِ، قَالُوْا: وَلاَ الْجِهَادُ، قَالَ: وَلاَ الْجِهَادُ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَئٍ
“Tidak ada amal perbuatan yang lebih utama dari (amal yang dilakukan) pada sepuluh hari bulan Dzul Hijjah, mereka (para sahabat) berkata:’ Tidak juga jihad (lebih utama dari itu)?’. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Tidak juga jihad, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya lalu kembali tanpa membawa sesuatupun.” (HR. al-Bukhari).
4. Dari Ibnu Umar radliyallah ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada hari-hari yang lebih besar di sisi Allah Ta’ala dan tidak ada amal perbuatan yang lebih dicintai-Nya selain pada sepuluh hari itu. Maka perbanyaklah pada hari-hari tersebut Tahlil, Takbir dan Tahmid “ (HR. Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir).
5. Adalah Sa’id bin Jubair rahimahullah bila datang sepuluh hari (pertama bulan Dzul Hijjah) sangat bersungguh-sungguh hingga hampir saja dia tidak kuasa (melaksanakannya).“ (HR. Ad-Daarimi dengan sanad yang hasan).
6. Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam kitabnya Fath al-Baari, “Tampaknya, sebab diistimewakannya sepuluh hari Dzul Hijjah adalah karena pada hari tersebut merupakan waktu berkumpul-nya ibadah-ibadah pokok, yaitu shalat, shaum, shadaqah dan haji, dan hal itu tidak didapatkan pada hari-hari lain.“
7. Para ulama menyatakan, “Sepuluh hari (pertama) Dzul Hijjah adalah hari-hari yang paling utama, sedangkan malam-malam terakhir bulan Ramadhan adalah malam-malam yang paling utama.”
Amalan yang Dianjurkan di Sepuluh Hari Pertama Awal Zulhijjah
Keutamaan sepuluh hari awal Zulhijjah berlaku untuk amalan apa saja, tidak terbatas pada amalan tertentu, sehingga amalan tersebut boleh jadi solat, sedekah, membaca Al Qur’an, dan amalan soleh lainnya. Di antara amalan yang dianjurkan di awal Zulhijjah adalah amalan puasa. Dari Hunaidah bin Kholid, dari isterinya, beberapa isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Zulhijjah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya
Di antara sahabat yang megamalkan puasa selama sembilan hari awal Zulhijjah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qatadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. Inilah yang menjadi pendapat majoriti ulama.
Namun ada sebuah riwayat dari ‘Aisyah yang menyebutkan,
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada sepuluh hari bulan Zulhijjah sama sekali.”Mengenai riwayat ini, para ulama memiliki beberapa penjelasan.
Ibnu Hajar Al Asqalani menyatakan bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan puasa ketika itu –padahal baginda saw suka melakukannya- kerana khawatir umatnya menganggap puasa tersebut wajib.
Imam Ahmad bin Hambal menjelaskan bahawa ada riwayat yang menyebutkan hal yang berbeda dengan riwayat ‘Aisyah di atas. Lantas beliau menyebutkan riwayat Hafshoh yang menyatakan bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan puasa pada sembilan hari awal Zulhijjah. Sebagian ulama menjelaskan bahawa jika ada pertentangan antara perkataan ‘Aisyah yang menyatakan bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa sembilan hari Zulhijjah dan perkataan Hafshoh yang menyatakan bahawa beliau malah tidak pernah meninggalkan puasa sembilan hari Zulhijjah, maka yang dimenangkan adalah perkataan yang menetapkan adanya puasa sembilan hari Zulhijjah.
Namun dalam penjelasan lainnya, Imam Ahmad menjelaskan bahwa maksud riwayat ‘Aisyah adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa penuh selama sepuluh hari Zulhijjah. Sedangkan maksud riwayat Hafshoh adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di sebagian besar hari yang ada. Jadi, hendaklah berpuasa di sebahagian hari dan berbuka di sebahagian hari lainnya.
Kesimpulan: Boleh berpuasa penuh selama sembilan hari bulan Zulhijjah (dari tanggal 1 sampai 9 Zulhijjah) atau berpuasa pada sebagian harinya.
Keutamaan Hari Arafah
Di antara keutamaan hari Arafah (9 Zulhijjah) disebutkan dalam hadits berikut,
“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah di hari Arafah (iaitu untuk orang yang berada di Arafah). Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?”[ HR. Muslim no. 1348, dari ‘Aisyah.]
Itulah keutamaan orang yang berhaji. Saudara-saudara kita yang sedang wukuf di Arafah saat ini telah rela meninggalkan sanak keluarga, negeri, juga menghabiskan hartanya, dan tubuh mereka pula dalam keadaan letih. Yang mereka inginkan hanyalah keampunan, keridhaan, dekat dan berjumpa dengan Rabbnya. Cita-cita mereka yang berada di Arafah inilah yang akan mereka perolehi. Darajat mereka pun akan tergantung pada niat mereka masing-masing.[ Lihat Mirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih, Al Mala ‘Alal Qori, 9/65,Mawqi’ Al Misykah Al Islamiyah]
Keutamaan yang lainnya, hari Arafah adalah waktu mustajabnya do’a. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.”[ HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani menyatakan bahawa hadits ini hasan.]
Maksudnya, inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau dikabulkan. Jadi hendaklah kaum muslimin memanfaatkan waktu ini untuk banyak berdoa pada Allah. Do’a pada hari Arafah adalah do’a yang mustajab kerana dilakukan pada waktu yang utama.
Jangan Tinggalkan Puasa Arafah
Bagi orang yang tidak melakukan haji , dianjurkan untuk menunaikan puasa Arafah yaitu pada tanggal 9 Zulhijjah. Hal ini berdasarkan hadits Abu Qatadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.”[ HR. Muslim no. 1162, dari Abu Qotadah.]
Hadits ini menunjukkan bahawa puasa Arafah lebih utama daripada puasa ‘Asyura. Di antara alasannya, Puasa Asyura berasal daripada Nabi Musa, sedangkan puasa Arafah berasal daripada Nabi kita Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.[25] Keutamaan puasa Arafah adalah menghapuskan dosa selama dua tahun dan dosa yang dimaksudkan di sini adalah dosa-dosa kecil.
Akan tetapi untuk orang yang berhaji tidak dianjurkan melaksanakan puasa Arafah.
Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa ketika di Arafah. Ketika itu baginda shalallahu alaihi wasallam diberikan minuman susu, baginda pun meminumnya.”[ HR. Tirmidzi no. 750. At Tirmidzi menyatakan bahawa hadits tersebut hasan sahih. Syaikh Al Albani menyatakan bahawa hadits ini sahih]
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar bahawa beliau ditanya mengenai puasa hari Arafah di Arafah. Beliau menyatakan,
“Aku pernah berhaji bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan baginda tidak menunaikan puasa pada hari Arafah. Aku pun pernah berhaji bersama Abu Bakr, beliau pun tidak berpuasa ketika itu, begitu juga dengan Umar , beliau pun tidak berpuasa ketika itu, begitu pula dengan ‘Utsman, beliau tidak berpuasa ketika itu. Aku pun tidak mengerjakan puasa Arafah ketika itu. Aku pun tidak memerintahkan orang lain untuk melakukannya. Aku pun tidak melarang jika ada yang melakukannya.”[ HR. Tirmidzi no. 751. Syaikh Al Albani menyatakan bahawa sanad hadits ini sahih.]
Dari sini, yang lebih utama bagi orang yang sedang berhaji adalah tidak berpuasa ketika hari Arafah di Arafah dalam rangka meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Khulafa’ur Rosyidin (Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Utsman),ia juga bertujuan agar lebih menguatkan diri di dalam berdo’a dan berdzikir ketika wukuf di Arafah. Inilah pendapat mayoritas ulama.[ Lihat Sahih Fiqih Sunnah, Abu Malik, 2/137, Al Maktabah At Taufiqiyah.]
Nah, shohib AF, sekarang kamu sudah tahu khan keutamaan sepuluh hari pertama Zulhijjah? Semoga kita menjadi orang-orang yang dapat memanfaatkan momen yang sangat berharga ini, dan kembali mengumpulkan bekal untuk perjalanan akhirat kita nanti. Semoga dimudahkan!
REBORN...!
- - Majalah AlFirdausTELAH TERBIT!
Majalah Alfirdaus Edisi Terbaru:
REBORN...!
Rubrik Khazanah akan mengajakmu terus bersemangat untuk memperbaiki diri. Ayo jadikan momentum pasca Ramadhan ini sebagai saat yang tepat untuk terlahir kembali dan menjadi manusia baru yang lebih baik!
Mari bernostalgia dengan bulan Ramadhan dalam rubric Cerita Kamu kali ini bersama RAMADHAN DI KOTA RASUL. Catatan saudari kita yang menetap di Madinah, lho!
Kembali ke tanah air dan simak bagaimana opini shohib AF tentang infotainment dalam rubric Jendela Muda…
Ingin tahu bagaimana Islam memandang tentang wig, hair extension, dan sejenisnya? Simak di saja di rubrik FIQH.
Menengok denyut dakwah di daerah Wajo lewat rubric Inspirasi; Wah, ada SMAN 1 Sabbangparu yang diliput majalah AL Firdaus!
Dan rubric-rubrik lainnya yang insya Allah akan bermanfaat buat kamu semua! Yuk, terus berperan dalam mendukung dakwah lewat pena… !
Dapatkan majalah Al Firdaus di Toko Darul Ilmi Agency, Jln. Abdullah Dg Sirua No. 73 atau hubungi kami di 085298445466 atau email alfirdaus.muda@yahoo.com!
Al Firdaus, Inspirasi Muslim Muda!
“Al Musytaquuna ilaa Ramadhan” (Orang-Orang yang Merindukan Bulan Ramadhan)
- - Majalah AlFirdausSebuah Renungan
Mencoba menyibak sejarah orang-orang sholeh terdahulu yang menjadikan seluruh hidup mereka adalah Ramadhan. Mereka telah mempersiapkan diri menanti datangnya bulan Ramadhan. Sebuah persiapan yang cukup untuk ‘bertarung’ dan istiqamah sehingga mereka benar merasakan sepenuhnya Ramadhan tersebut.
Rindu Ramadhan, berarti rindu pada sejuta kebaikan dalam bingkai amalan sholeh. Kerinduan yang hakikatnya merupakan kerinduan akan akhirat, kerinduan bertemu Allah. Oleh karena itu mereka berharap penuh kepada Allah, agar umur dipanjangkan bertemu syahrul mubarak. Pertanda mereka memiliki hati yang hidup, sambil khawatir jika umur tak sampai ke sana. Mereka adalah teladan, pengingat setiap hamba yang datang setelah mereka pada kematian. Tidak terbuai akan silaunya kehidupan dunia di hadapan mata.
Maka hari ini adalah zaman kita untuk mempersembahkan ibadah yang berkualitas. Kalau kita berbaik sangka kepada Allah, maka Dia akan memanjangkan umur kita untuk mendapatkan kebaikan yang akan datang, tentunya dibarengi dengan sebuah niat. Karena sebelum melakukan sebuah kebaikan, Allah telah mengetahui niat kita. Maka Allah akan berbaik sangka kepada kita dengan dirasakannya kenikmatan beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu tak ada pilihan lain, selain mempelajari niat itu sendiri. Sebab niat lebih dahulu ‘sampai’ daripada amalan.
Rindu Ramadhan, Rindu Kemenangan
Bulan Ramadhan adalah bulan kemenangan. Salafushshalih pun menjadi teladan. Mereka menjadi manusia yang rindu Ramadhan, sebab mereka merindukan kemenangan. Satu kisah populer adalah kisah perang badar. Sebuah kisah perang para malaikat.
Lalu sadarkah kita, perbedaan mencolok antara kita dengan orang-orang kafir, seperti perbedaan langit dan bumi…?! Kita beribadah kepada Allah, sedangkan mereka berdosa kepada Allah. Maka janganlah kita ‘mengkhayalkan dosa’ yang mereka lakukan. Meski mereka bersenjatakan nuklir sekalipun, tetapi ketahuilah senjata yang paling ampuh bagi kaum muslimin adalah ketaqwaan. Inilah rahasia kemenangan kaum muslimin di atas orang kafir. Kaum muslimin adalah orang yang hidup dengan kehidupan yang hakiki, dalam jiwa mereka ada iman dan taqwa. Adapun orang-orang kafir adalah orang-orang mati karena mereka terkubur oleh lumpur dosa kedurhakaan mereka.
Maka jadikanlah amar ma’ruf nahi mungkar sebagai pilihan hidup. Bersikap jujur kepada Allah, hingga Allah mengokohkan kita, seperti generasi gemilang, salafusshalih. Akankah sejarah terulang kembali pada hamba-hamba Allah yang masih hidup hari ini? Padahal Al Quran yang mereka baca, kita pun membacanya. Jika sang hamba beriman seperti iman mereka, insya Allah, Allah akan menjayakan umat ini!
Enyahkan segala kelemahan yang terbersit di hati, saat sang hamba memilih istiqamah di atas agama ini, maka akankah dia terpelanting dari dunia? Duhai sang hamba, sadarkah engkau bahwa dunia hanya diwariskan pada orang-orang sholeh?
Apalagi dunia yang pasti akan menghilang, maka saat Allah memanggil kita, bergembiralah! Bergembira menyambut Ramadhan dengan rahmat-Nya, melahirkan optimisme di hati walau saat ini umat berada di titik nadir. Yah, kata orang, umat Islam kini berada dalam masa kegelapan. Tapi kita punya harapan besar. Selalu mau menunjukkan yang terbaik di hadapan Allah!
Melirik Kepekaan Hati Salafusshalih
Seorang salaf pernah menjual budak wanitanya kepada seseorang. Ketika Ramadhan tiba, maka tuan barunya itu menyiapkan segala sesuatunya berupa makanan dan minuman untuk persiapan selama Ramadhan. Budak wanita itu kemudian heran dengan apa yang diperbuat oleh tuannya, karena yang demikian itu tidak pernah ia dapatkan ketika masih mengabdi kepada tuannya yang lama. “Maaf tuan, kelihatannya anda sibuk sekali, sepertinya akan datang masa paceklik yang panjang?” tanyanya. “Kami sedang mempersiapkan menyambut bulan Ramadhan” jawab tuannya. Budak itu berkata, “Memangnya kalian tidak berpuasa selain bulan ini? Demi Allah, aku dulu hidup bersama orang yang sepanjang masanya adalah Ramadhan, kembalikan saya kepada tuanku itu”.
Dapat kita pahami bahwa salafusshalih menjadikan seluruh bulannya untuk taat kepada Allah dengan menjaga batasan-Nya, sebagaimana mereka ketika berada di bulan Ramadhan. Begitulah salafusshalih, memberikan penghormatan terhadap Islam. Tapi mereka senantiasa takut kepada Allah, padahal keimanan mereka ter-refleksi dalam kehidupannya dalam berbagai ibadah dan amal sholeh. Beginilah, ruhiyah salafusshalih! Merekalah manusia-manusia Ramadhan.
Dikarenakan ‘ilmun naafi’un (ilmu yang bermanfaat) yang sampai pada hati dan lisan mereka. Sebagai orang yang senantiasa rindu berjumpa dengan Allah, banyak kisah teladan dari mereka. Dari ayat ke ayat, hadits ke hadits, lalu kita diingatkan, “Kapan Ramadhan kita amalkan?” Sebab generasi yang mencontoh salafusshalih tidak menunggu hati mereka menjadi keras.
Mengambil Ibrah di Bulan Sya’ban
Seyogyanyalah kita memperbanyak ibadah di bulan Sya’ban, terutama ibadah puasa. Hikmahnya sebagai persiapan memasuki bulan Ramadhan. juga karena bulan itu banyak orang yang lalai sehingga Rasulullah mencontohkan kepada kita untuk istiqamah. Pada bulan itu juga, amal-amal manusia diangkat ke langit sehingga Rasulullah suka jika berpuasa. Termasuk ibadah puasa Senin-Kamis yang beliau lakukan.
Hikmah lain yang bisa dipetik; di saat merebaknya kelalaian, orang yang tetap dalam ketaatannya, pastilah memiliki pahala yang lebih banyak, sebab boleh jadi mereka itu sedikit. Yah, di saat banyak orang lalai, ia tetap menjaga hubungannya dengan Allah! Tidak mudah memang. Tapi hal tersebut menunjukkan sebuah komitmen yang kokoh. Ibarat gunung berguncang, ia pun tetap tegar! Karena amalan yang berat adalah ketika berhadapan dengan jiwa. Mudah melakukannya di saat berkumpul dengan orang-orang sholeh, tapi saat sendiri? Ia tetap memilih istiqamah! Istiqamah di atas agama ini, sampai Allah mempertemukan sang hamba tersebut di bulan berkah, bulan Ramadhan.
Semoga Allah memberi umur panjang. Mengisi Ramadhan dengan amal sholeh. Tapi bukan berarti ‘menyembah’ Ramadhan, melainkan menyembah Allah pada seluruh bulan.
Meraup Pahala di Bulan Ramadhan
Hati mesti ditata sepenuhnya untuk menyambut tamu mulia ini dengan penuh cinta. Karenanya, bulan Ramadhan adalah bulan amal.
1. Puasa
Ibadah puasa tidak melahirkan amal karena puasa berarti menahan. Tepatnya, puasa adalah rahasia antara hamba dengan Allah. Allah Subhanahu wa ta’ala akan memberikan pahala berlipat ganda sesuai kualitas puasa hamba-Nya. Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda (artinya), “Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya. Satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah Subhanahu wa ta’ala berkata, “Kecuali puasa, Aku yang akan membalas orang yang mengerjakannya, karena dia telah meninggalkan keinginan-keinginan hawa nafsu dan makannya karena Aku” (HR. Muslim)
Tapi shohib AF, bisa saja orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus saja. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda (artinya), “Berapa banyak orang yang berpuasa, hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja, dan berapa banyak orang yang mendirikan ibadah di malam hari, tapi hanya mendapatkan begadang saja” (HR. Ahmad)
2. Shalat Tarawih (Qiyamu Lail)
Malam bulan Ramadhan memiliki kesan khusus dengan seluruh malam dalam setahun. Shohib AF bisa melihat semua orang bisa melaksanakan shalat tarawih, meski dengan niat yang berbeda-beda. Nah, agar niat tidak keliru, perlu diketahui keutamaan di balik shalat malam (tarawih) yang bakal dilakukan.
]مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ[
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, niscaya akan diampunilah dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun ‘alaih)
3. Sedekah
Qudwah kita, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, adalah orang yang dermawan. Kedermawanan beliau bertambah di bulan puasa. Dalam sebuah hadits beliau bersabda (artinya), “Seutama-utama sedekah adalah pada bulan Ramadhan” (HR. Tirmidzi dari Anas Radiyallahu ‘anhu)
Termasuk bentuk sedekah yang lain adalah menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Barangsiapa menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, niscaya ia mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun” (HR. Ahmad dan An-Nasai)
4. Membaca Al Quran
Rasul memperbanyak membaca Al Quran di bulan Ramadhan. Malaikat jibril pun datang untuk membacakannya kepada beliau (HR. Bukhari). Tentang orang yang menghafal Al Quran, telah diriwayatkan oleh Ibnu Umar, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Dikatakan kepada orang yang berteman dengan Al Quran; bacalah dan bacalah sekali lagi serta bacalah secara tartil seperti yang engkau lakukan di dunia, karena manzilahmu terletak di akhir ayat yang engkau baca” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan yang lainnya)
5. I’tikaf
I’tikaf adalah menetap di masjid untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Aisyah Radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasul melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan hingga Allah mewafatkan beliau. Kemudian para istri baliau juga melakukan i’tikaf setelah beliau wafat. Dalam lafadz yang lain dikatakan, “Rasulullah i’tikaf pada bulan Ramadhan. Jika beliau hendak shalat subuh, maka beliau mengahampiri tempat yang beliau gunakan untuk i’tikaf sebelumnya” (HR. Bukhari dan Muslim). Aisyah berkata, “Biasanya Rasulullah bersungguh-sungguh beribadah pada sepuluh maalam terakhir (Ramadhn) melebihi dari kesungguhan beliau di waktu-waktu yang lain” (HR. Muslim)
6. Umrah
Umrah berarti mengunjungi Baitullah yang suci untuk thawaf dan sa’i di bulan Ramadhan, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Umrah ke umrah lainnya adalah menghapus dosa-dosa diantara keduanya” (Mutaffaq alaihi)
7. Mencari malam lailatul qadar (malam kemuliaan)
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya), “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sanpai terbit fajar” (QS. Al Qadr [97]:1-5)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Barangsiapa yang mendirikan shalat malam pada lailatul qadar dengan dasar keimanan dan mengharapkan ridha Allah pasti diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang” (HR. Bukhari)
Wah, dua dalil di atas saja, membuat kita serasa dimuliakan oleh Allah! Sudahkah kita juga merasakan kemuliaan bulan Ramadhan? Shohib AF, ternyata ada satu doa yang dianjurkan membacanya bila bertepatan dengan malam lailatul qadar, satu malam yang berada di sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata, “Ya Rasulullah, apa yang aku baca bila bertepatan dengan malam itu?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bacalah; Allohumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’ fu ‘anni (Ya Allah, sesungguhnya Engakau Maha Pemberi ampunan dan suka memberi ampun maka ampunilah aku)”
Semoga Allah memberikan kemudahan agar dapat memanfaatkan Ramadhan sebaik-baiknya, utamanya beramal dengan amalan yang sesuai sunnah Rasul. Berharap kita dapat mendulang pahala Ramadhan, sehingga ketika keluar Ramadhan, kita menjadi hamba yang bertakwa. Amin.
“Kutemukan cahaya dalam Redupnya Hidup Ini”
- - Majalah AlFirdausAsyiiiiiik…….! Aku masuk SMU…! Kata orang, semua yang seru-seru akan kita dapatkan. Ehm…., apalagi kalau sekolah yang kita tempati adalah sekolah unggulan, alias terkenal! Terkenal kualitasnya, terkenal gaulnya,terkenal semua-muanya deh!
Deg-deg-deg... Perasaan hati ini deg-degan menanti pengumuman hasil tes, apakah aku bisa lulus ke sekolah yang aku inginkan atau tidak?!? Aku mendaftar di salah satu sekolah negeri yang cukup terkenal dan terletak di tengah-tengah kota....
Dan hari yang dinantikan pun tiba. Karena banyak pendaftar dari daerah lain yang nilainya cukup bagus dan hanya beda koma, nilaiku tidak cukup, dan aku tidak lulus…! Hiks…hiks..hiks...Ayah dan ibu pun ikut sedih mengingat prestasiku di sekolah dulu baik, namun kali ini aku tidak ditakdirkan untuk lulus.
Keesokan harinya ibu masih tetap keluar mencarikanku sekolah. Aku menunggu di rumah dan tiba-tiba dering telpon rumahku pun berbunyi, ternyata telefon dari ibu, ibu berhasil mendapat info bahwa salah satu sekolah yang terkenal ternyata kekurangan siswa karena banyak pendaftar yang nilainya tidak mencukupi target sekolah tersebut, ibu sangat optimis bahwa aku bisa lulus. Akhirnya aku pun bergegas ke sekolah tersebut dengan membawa semua berkas yang dibutuhkan karena waktu pendaftarannya terbatas sampai sore hari.
Alhamdulillah aku lulus! Betapa senangnya aku dan ke dua orangtuaku. Allah menyuruh kita tidak putus asa dan tetap berusaha dari kegagalan yang ada di hadapan kita, jika kita sabar dan ridho menerima takdir dari Allah akan ada ganti yang lebih baik. Aku bahkan lulus di sekolah yang lebih bagus dari tempat aku mendaftar awalnya.
Hari ini pertama aku duduk di kelas baruku. Setelah tes penempatan kelas, aku berhasil duduk di kelas unggulan. Wets, banyak saingan nih?!? Mesti belajar yang tekun dong! Ayo semangat…! Tiga bulan pertama aku berusaha untuk selalu bersaing di kelas itu, seluruh tugas sekolah dan rumah berusaha untuk kukerjakan. Hingga tiba suatu hari dimana semangat hidupku seakan hilang dan redup dengan kejadian yang sangat mengguncangkan, ayah ibuku harus berpisah! Hal itu berarti keluargaku akan mengalami broken home…!!! Ibuku bahkan pergi dari rumah, hatiku sangat sedih…
Akhirnya aku tinggal bersama ayah yang super sibuk. Dari pagi sampai malam bekerja, aku pun jadi tidak betah tinggal di rumah dan kurang bersemangat lagi belajar di sekolah, tidak jarang aku terkadang menangis jika mengingat kejadian di rumah. Tanpa kebersamaan orangtuaku aku terasa tak mempunyai tujuan hidu. Pola hidupku jadi tidak teratur termasuk pola makan dan mengatur waktu. Kebanyakan aku menghabiskan waktu dengan organisasi di sekolah. Tapi apa yang aku dapat justru semakin capek dan tidak bersemangat.
Ya Allah sampai kapan ini semua akan aku jalani…!
Ya Allah berikan aku kekuatan dan kesabaran dalam menjalani hidup ini walau tanpa orang tua yang senantiasa mendampingiku!
Mendekati ujian semester banyak jadwal pelajaran tambahan yang diberikan guru. Hari Jum’at aku ada tambahan pelajaran matematika setelah shalat jum’at, itu artinya aku harus menunggu di sekolah dari jam 11 sampai 13.30 karena rumahku jauh dari sekolah jadi tidak mungkin aku pulang. Huh…! Bosan rasanya menunggu di kelas… Tiba-tiba ada sebuah ajakan yang menghampiriku
“Yuk kita ikut kamat!!!”
Aku pun bertanya segala hal tentang kamat. Ternyata kamat adalah kajian jum’at, di sana kita bisa mendengar ceramah agama Islam. Awalnya aku setengah-setengah ikut, tapi dengan berbagai kata yang dilontarkan untuk mengajakku hatiku pun tertarik dan penasaran. Akhirnya aku ikut,awal aku melangkah ke kelas itu sapaan hangat kakak kelas menyambutku.
”Assalamu ‘alaikum de,,ayo masuk..siapa namanya??”
Wow…sapaannya begitu menyentuh hatiku…Di organisasi lain syukur-syukur kalau kita disapa, yang ada tabe-tabe senior (alias senioritas, junior harus menghormati dan mengikuti perintah senior).
Kemudian dari balik pintu datanglah seorang kakak berpenampilan sperti ustadzah, jilbabnya panjang sampe menutupi tangannya (ehm…, kalau diperhatikan kayak mukena yang kita pakai kalau mau shalat)..Wow aku bertanya-tanya kenapa dia memakai jilbab yang pauanjaaang banget kayak mau shalat aja tapi bukan mukena,kakak itu memakainya kemana-mana. Setiap datang warna jilbabnya disesuaikan dengan bajunya, setiap aku memperhatikan penampilan kakak itu, rasanya aku ingin bertanya kenapa kita berpakaian seperti ini?? Apa tidak kepanasan…? Aku jadi penasaran…
Setelah beberapa kali ikut kamat aku jadi termotivasi agar shalat tepat pada waktunya, karena shalat adalah amalan yang pertama kali di hisab. Shalat adalah tiang agama, maka apabila shalat kita baik maka amalan yang lain pun insyaAllah akan baik. Lalu aku diajak tarbiyah (privat kajian agama islam), biasa yang kudengar privat bahasa inggris or matematika, di tarbiyah ini kita bisa mempelajari islam lebih mendalam dan bebas bertanya langsung. Wah mau dong…! Pertanyaan-pertanyaan tentang agama sudah sangat banyak di kepalaku. Karena itulah, aku akhirnya memutuskan untuk ikut tarbiyah.
Dan apa yang kurasakan??? Aku merasakan suatu ketenangan dari semua masalah yang terjadi di rumah, karena aku merasakan kedekatan dengan Allah. Dari tarbiyah, aku juga belajar akan arti sebuah kejujuran dan persaudaraan (ukhuwah) karena Allah dalam hidup. Yup kejujuran! Kita dipahamkan agar selalu bersikap jujur karena Allah Maha Melihat apa yang kita kerjakan..Good bye nyontek…!
Ada pula persaudaraan dimana kita bisa saling tolong menolong, nasehat-menasehati dan saling mendoa’kan. Selamat tinggal senioritas...! Yang aku butuhkan persaudaraan yang tulus karena Allah…Wah indahnya!!!
Kini aku juga udah tau alasan mengenakan jilbab yang kayak mukena itu. Semua ada perintahnya di Al Qur’an.
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya...” (QS. An Nuur [24]:31)
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang Mukmin, hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab [33]: 59)
Kita khan harus beriman kepada Al Qur’an, artinya menjalankan perintah di Al Qur’an seperti shalat,berpuasa dll..So, Kenapa tidak dengan memakai jilbab yang sesuai dengan syariat yang diperintahkan dalam Al qur’an. Aku akan menjadi muslimah yangberpakaian sesuai dengan perintah syariat. Tidak takut..aku tidak takut kepanasan karena panas neraka jauh lebih dahsyat panasnya ketika kita tidak melakukan perintah Allah dalam Al qur’an..Ih takuuuut,nauzdubillah min zalik!
Hari-hariku kini jadi lebih bermakna dengan iman yang tertanam dalam hatiku, dari tarbiyah aku diajar agar tetap berbakti dan berbuat baik sama orangtua meskipun mereka telah mengecewakanku. Aku juga kini lebih mandiri mengurus semua pekerjaan di rumah. Aku merasa beruntung di banding mungkin teman sebayaku disekolah yang jangankan mengurus rumah, pakaiannya aja masih dicucikan! Suatu kekuatan yang luar biasa yang kudapat mungkin inilah yang dinamakan hikmah dibalik musibah jika kita menghadapi musibah itu dengan rasa tawakkal kepada Allah. Yuk…,kembali kepada Allah! Ingat dasar di ciptakan manusia!
“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat [51]:56)
Saudariku, apapun yang engkau alami di hidup ini tetaplah tegar di jalan Allah! Tiada yang patut kita sesali kecuali waktu yang telah berlalu yang kita lewati tanpa melakukan suatu amal kebaikan. Amal kebaikan yang akan menghantarkan kita ke cita-cita semua ummat, yaitu ke syurga-Nya. (dF@s)
Muslim Luar Biasa!
- - Majalah AlFirdausAku bangga menjadi seorang muslim! Semangat itulah yang membawa Al Firdaus dalam penerbitan kali ini! Ditengah kondisi kaum muslimin yang terhimpit saat ini, berbagai macam isu yang memojokkan, ditambahn lagi dengan tidak mendominasinya kaum muslimin dalam pengembangan ilmu dan teknologi, Al Firdaus mengajak kamu untuk bernostalgia dengan masa-masa kejayaan kaum muslimin terdahulu. Masa jaya yang bukan hanya dongeng-dongeng atau cerita fiksi masa lalu, tapi merupakan sebuah kenyataan yang pernah terjadi dan insya Allah akan kembali terulang suatu saat nanti. Nurani kita diketuk untuk kembali bangkit dan melanjutkan langkah dengan lebih mantap lagi!
Simak juga curahan hati dari Ummu Hafshah yang mendapingi Ustadzah Hanan, seorang pengajar dari Arab Saudi yang datang ke Kota Daeng untuk berbagi ilmu dengan para muslimah. AlFirdaus juga tidak lupa membahas seputar dunia remaja dalam ‘Dentang-Denting Musik’ dan ‘Senyum si Gigi Kawat’.
Hmm…, penasaran?Segera saja gebet Majalah Al Firdaus edisi terbaru Sya’ban Ramadhan yang terbit HARI INI! AlFirdaus, Inspirasi Muslim Muda!
AF's Break! #2
- - Majalah AlFirdaus
Shohib AF... Ada yang baru di 7 Agustus besok, insya Allah! Mau baca 'Kenangan Manis bersama Ustadzah Hanan Hafizhallahu Ta'ala'? Dapatkan di Al Firdaus edisi terbaru! Kami hadir dalam Penataran Ramadhan @ Aula Ammanagappa! Ayo... Jangan sampai ketinggalan yah!
Bermajelis, Yuk!
- - Majalah AlFirdausShohib AF, kamu mungkin sudah sering mendengar istilah majelis. Istilah ini biasanya diidentikkan dengan acara-acara keagamaan dimana orang-orang berkumpul untuk duduk bersama. Ada yang membentuk bulatan ada pula yang berbaris atau bershaf. Tapi, apapun bentuknya, majelis ilmu selalu memiliki banyak keutamaan. Namun di balik itu, jangan lupa juga dengan beberapa adab yang sudah sepatutnya kamu patuhi biar keutamaannya bisa kamu raih! Nah, berikut ini AF akan membagi ilmu tentang adab nermajelis. Buat kamu yang belum tahu, semoga dengan bahasan ini kamu bisa jadi lebih tahu dan mengamalkannya. Trus buat yang sudah tahu, tidak ada salahnya kamu memuraja’ah ilmu kamu, sekaligus sebagai sebuah pengingat bahwa adab bermajelis ini bukanlah perkara sepele yang bisa seenaknya ditinggalkan!
1. Memperbanyak dzikir kepada Allah
“Tidaklah dari suatu kaum yang berdiri dari suatu majelis tapi majelisnya tidak ada zikirnya kecuali mereka yang bangkit adalah bangkai-bangkai keledai, bagi mereka adalah kerugian.”
Jangan sampai majelis yang kamu hadiri hanyalah menjadi momen untuk saling melepas rindu, apalagi hanya diisi dengan obrolan yang kesana-kemari. Maka hendaknya majelis diisi dengan banyak dzikir kepada Allah. Di antara dzikir yang penting yakni memperbanyak shalawat. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam mengatakan,
“Tidaklah duduk suatu kaum dalam majelis lalu di dalamnya mereka tidak mengingat Allah dan tidak bershalawat kepada nabi mereka kecuali bagi mereka kerugian. Kalau Allah menginginkan Allah siksa mereka dan kalau Allah menginginkan Allah mengampuni dosa-dosa mereka.”
Tapi, dzikir yang dimaksud di sini bukannya dzikir secara berjama’ah, lho! Majelis dzikir yang dimaksud dalam banyak hadits adalah majelis ilmu.
2. Berpenampilan yang sebaik-baiknya
Nah, shohib AF, hendaknya bukan hanya saat ingin ke sekolah atau ke kampus saja akamu berpenampilan yang sebaik-baiknya, tapi juga saat akan menghadiri majelis ilmu yang mulia.
Dalam hadits Jibril alaihis salam (hadits ke 2 dalam hadits Arbain Annawawiyah) ketika beliau datang mengunjungi para sahabat untuk menjelaskan persoalan bagaimana cara bermajelis yang baik. Di antaranya penampilan Jibril yang patut untuk menjadi perhatian kita adalah apa yang disifatkan oleh Umar bin Khattab, beliau mengatakan, “Berpenampilan yang terbaik, pakaian yang sangat putih, rambut yang sangat hitam………”
3. Mengucapka salam
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“ Jika salah seorang diantara kalian masuk majelis maka ucapkanlah salam, dan apabila mau duduk maka dipersilahkan, dan jika ia berdiri ingin pulang maka hendaklah ia memberi salam yang kedua.”
4. Dimakruhkannya membangunkan atau menyuruh berdiri seseorang dari majelis tempat duduknya kemudian ia duduk di tempat temannya tersebut. Kecuali jika diberikan kesempatan sebelumnya. Tidak pula memisahkan antara dua orang yng telah duduk kecuali meminta izin kepada keduanya.
5. Berlapang-lapang dalam majelis
6. Anjuran untuk berkumpul di dalam sebuah majelis dan tidak berpencar pada saat bermajelis.
7. Duduk di tempat pemberhentian majelis atau akhir dari majelis.
Dari Abu Dawud berkata:
” Kami para sahabat jika kamu mendatangi Rasulullah, salah seorang diantara kami duduk ditempat perhentiannya.”
8. Menjauhkan diri dari duduk yang dilarang
Duduk yang paling bagus adalah duduk iftirasy atau seperti duduknya Jibril alaihis salam di hadapan Rasulullah ketika datang untuk menjelaskan konsep keimanan kepada para sahabat.
Duduk yang dilarang oleh Rasulullah pada saat bermajelis adalah ada dua, yaitu:
- Duduk di mana seseorang meletakkan tangan kirinya ke belakang lalu ia bersandar pada tangan kirinya tersebut atau bertopang dengannya.
Hadits Rasulullah dari Sunan Abu Daud dari Syahid bin Fulaid, beliau berkata ”Rasulullah melewati aku dan pada waktu itu aku duduk di sini, saya meletakkan tangan kiriku di belakang punggungku dan saya bertopang dengannya. Kemudian Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: ”Apakah kamu mau duduk dengan duduknya orangyang Allah murkai?”
Syaikh Utsaimin mengatakan: Hadits ini menunjukkan bahwa jika kita menggunakan tangan kanan maka itu tidak mengapa atau kedua-duanya jika kita memiliki hajat namun tidak untuk dilakukan terus-menerus.
- Duduk di tempat yang sebagian badannya terkena matahari dan sebagian lainnya terlindungi.
Sunan Abu Daud dari Abu Hurairah Radhiyallahu ’anhu, Abul Qasim Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: Jika salah seorang diantara kamu berada di matahari dan sebagian lainnya dinaungi, maka ia harus bangkit darinya.
9. Menutup majelis dengan doa kafaratul majelis.
Menutup majelis dengan membaca Subhanakallahumma wabihamdika Asyahadu anla ilaha ilallah wa astagfiruka wa atubu ilaik. Doa ini merupakan khatam dan penghapus dosa dalam majelis.
Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Engkau Dustakan?
- - Majalah AlFirdaus
Kenikmatan adalah sebuah hal yang sangat sering menyapa kehidupan kita namun kadang kita lalai dalam menyadarinya. Begitu banyak nikmat yang telah Allah berikan dalam kehidupan kita, mulai dari nikmat yang ‘terdaftar’ dengan jelas pada anggota tubuh kita maupun nikmat yang kita rasakan dating dari orang lain. Belum lag nikmat keislaman dan nikmat keimanan yang kita rasakan hingga saat ini!
Tapi, mengapa kadang kita begitu sering lupa untuk mensyukuri nikmat tersebut? Mengapa dengan ujian secuil yang kita rasakan kita begitu mudahnya melupakan berjuta-juta nikmat yang telah Allah beri?
Simak juga kisah sejati yang semoga dapat kamu ambil hikmahnya dan direnungi dalam hati.
Kamu hobi berfacebook ria dan mejeng lewat situs itu? Jangan lupa tengok pula pembahasan tentang itu.
Kamu hobi berfacebook ria dan mejeng lewat situs itu? Jangan lupa tengok pula pembahasan tentang itu.
Tidak ketinggalan kabar dari Ikramsyi, rohis di SMF Yamasi
Serta berbagai macam artikel menarik lainnya yang semoga dapat menjadi inspirasi buat kamu agar menjadi lebih baik!
Hanya di Majalah AlFirdaus Volume 1 2010!
Mengapa Kita Mengeluh?
- - Majalah AlFirdausoleh: Qanitah
Sadar atau tidak, diri kita terkadang begitu mudah mengeluhkan sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan dan rencana kita. Tatkala hujan datang misalnya, buru-buru lisan kita mengomel, “Duh…hujan, mana cucianku banyak lagi. Bisa-bisa nggak kering nanti.” Atau tatkala terik mentari begitu kuat menyengat, “Aduh…panasnya hari ini.” Ataukah mengeluh atas musibah yang kita alami, dan masih banyak keluhan kita yang lain.
Syukur nikmat…
Hidup penuh dengan tantangan. Namun kita tidak boleh lari tantangan tersebut karena tantangan itulah yang membuat kita tangguh. Menjalani hidup dengan setumpuk rencana dan harapan, jika tidak dilandasi dengan iman maka akan membuat manusia terbuai dengan dunia. Keinginan-keinginan yang terkadang tidak terealisasi dengan baik sesuai dengan rencana biasanya akan memunculkan sifat putus asa yang akhirnya akan berbuah keluh kesah dan menyalahkan keadaan.
Manusia memang suka berkeluh kesah. Tatkala hujan lebat turun, ia akan mengeluh becek, banjir dan lain sebagainya. Tatkala terik matahari menyengat maka ia pun mengeluh dengan kepanasan, kekeringan dan lain sebagainya. Jika rencananya gagal, ia akan buru-buru menyesal, berandai-andai, dan mengeluhkan apa yang terjadi pada dirinya hari itu. Seolah-olah tidak ada moment untuk tidak mengeluh. Memang bukan sesuatu yang mengherankan, dalam Al Qur’an digambarkan sebuah sifat manusia yang suka berkeluh kesah.
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang sholat.”
(QS. Al-Ma’arij: 19-22)
Manusia terkadang memandang bahwa apa yang terjadi pada dirinya, yang tidak sesuai dengan keadaannya, akan menimbulkan sebuah masalah bagi dirinya. Ia pun merasa tidak siap dengan masalah itu. Sebuah kisah, ada seseorang yang sangat menyesal melanjutkan pendidikannya di suatu sekolah. Tiap hari ia mengeluh dan berkata, “Seandainya dulu, aku tidak menuruti perintah orang tuaku untuk melanjutkan pendidikan disini, maka aku tidak akan seperti ini dan dalam kondisi begini.” Tapi ternyata, berjalan beberapa bulan di sekolah itu, ia pun akhirnya sadar. Di tempat ia sekarang melanjutkan pendidikan, ia bertemu dengan teman-teman muslimah yang masya allah punya ghirah untuk belajar ilmu syar’i. Ia pun sering diajak oleh teman-temannya, mulai membaca buku, diskusi-diskusi hingga ikut kajian. Dan alhamdulillah, ia pun ikut dan akhirnya memperoleh hidayah dan sekarang sudah rutin ikut kajian, bahkan terlibat dalam dunia dakwah. Ia akhirnya mereview kisah-kisahnya masa lalu. Jikalau saja ia tak melanjutkan pendidikan disekolah tersebut, boleh jadi ia belum mendapatkan hidayah, karena yang pertama kali memperkenalkan ilmu syar’i, kajian, dsb adalah teman-teman muslimahnya di sekolah tersebut.
Mengapa kita mengeluh?
Keluhan biasanya muncul karena adanya ketidaksesuaian antara harapan dan cita-cita dengan realitas yang ada. Tingginya angan-angan yang tidak disertai dengan tawakkal kepada Allah, menyebabkan hati merasa bahwa segalanya harus terjadi sesuai dengan keinginannya. Padahal segala sesuatu itu akan terjadi sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah melalui qadha’ dan qadar-Nya. Sebagaimana firman Allah,
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis di dalam Lauh Mahfudz sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS. Al Hadid: 22)
Ketetapan Allah merupakan sesuatu yang harus diyakini kebenarannya, yakni kita menyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini merupakan ketentuan Allah, dan segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa sepengetahuan, seizin dan ketentuan Allah.
Ketetapan Allah bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti, karena ketetapan tersebut sudah merupakan bagian dari rencana Allah yang Maha Sempurna. Allah adalah Dzat yang menciptakan manusia, bumi dan seluruh alam semesta tanpa terkecuali. Allah-lah yang lebih tahu dan lebih mengenal seluruh makhluk-Nya karena Dialah yang menciptakan kita. Ibarat handphone, tentu yang lebih tahu seluk beluk handphone tesebut adalah sang pembuat handphone, bukan handphone itu sendiri atau orang lain, Karena yang merakit dan mendesain handphone tersebut adalah sang pembuat handphone sehingga dialah yang lebih tahu mengenai handphone tersebut. Begitu pun antara manusia dan Allah, Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya sehingga Dia tahu kelebihan, kelemahan, kebutuhan dan segalanya yang berkaitan dengan manusia.
Lagipula segala ketetapan Allah yang Dia ciptakan, misalnya sebuah musibah tidak dibebankan kepada manusia jika ia tak sanggup untuk memikulnya. Segala apa yang kita alami adalah karena memang kita sanggup untuk melaluinya.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al Baqarah: 286)
Dalam ayat yang lain disebutkan bahwa,
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al Qamar: 49)
Segala sesuatu ketetapan Allah merupakan suatu yang baik, hanya saja terkadang kita tidak tahu dan menganggap bahwa semua yang kita alami yang berupa ujian tersebut merupakan mara bahaya bagi kita. Padahal Allah tidak menentukan sebuah qadha’ bagi hamba kecuali qadha’ itu baik baginya. Sebagai makhluk Allah kita tentu saja tidak bisa menjangkau dan mengetahui rencana Allah. Ilmu Allah begitu luas dan sangat sedikit yang diketahui oleh manusia.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah: 216)
Sebuah pertanyaan pernah dilontarkan kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: “Apakah maksiat itu baik bagi seorang hamba?” Dia menjawab: “Ya! Namun dengan syarat dia harus menyesali, bertaubat, beristighfar, dan merasa sangat bersalah.” Maksiat yang membuahkan taubat yang sebenar-benarnya taubat. Taubat yang membuat kita tak ingin bermaksiat lagi. Taubat yang menjadikan kita lebih baik dari sebelumnya, selalu bersemangat melakukan amal shalih tanpa lelah, berpaling dari maksiat sekuat mungkin, serta mengubur kenangan manis masa lalu yang tenyata berkubangan dosa.
Makna Ujian
Boleh jadi apa yang kita alami, berupa kekurangan, kegagalan adalah merupakan ujian dari Allah, sebagaimana firman Allah
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 155)
Allah ingin menguji sejauhmana kesabaran kita, dan ujian juga merupakan ladang pahala ketika kita melaluinya dengan sabar. Ujian juga merupakan suatu pembeda antara orang mukmin dan munafik. Mengapa?? Karena ujian itu sulit, dan karena kesulitannya tidak semua orang bisa lolos. Kalau ujian tidak sulit, atau bahkan sangat mudah, maka semua orang akan lolos.
“Alif lam mim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan begitu saja mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al Ankabut: 1-3)
Ujian bukanlah sesuatu yang mustahil, sebab kalau mustahil dilakukan, maka keduanya akan gagal, baik orang mukmin maupun orang munafik. Ujian Allah kepada hamba-Nya tidak sedikit jumlahnya. Allah akan terus menguji makhluk-Nya hingga titik terlemah dari dirinya.
Sesungguhnya segala kekhawatiran dan ketakutan yang berujung pada munculnya berbagai keluhan-keluhan adalah bukti masih rendahnya tingkat keyakinan dan keimanan kita kepada Allah, keyakinan kita akan qadha’ dan qadar Allah dan masih rendahnya rasa tawakkal kita kepada Allah. Rendahnya keyakinan kita akan kemahasempurnaan rencana Allah berbuntut ketakutan akan apa yang terjadi dan yang akan terjadi pada diri kita.
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Ath Thalaq: 2-3)
Semoga kita termasuk hamba yang selalu tawakkal akan segala ketetapan Allah. Semoga ujia yang kita alami menjadi ladang pahala bagi kita, dengan melaluinya dengan penuh kesabaran. Hakikat sabar adalah pada benturan pertama. Semoga Allah menganugrahkan kita hati yang selalu ghirah memperbaiki keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah.
Gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDyGZKADlZo4rCqU7NJiIH9KbfVUItAgyfhPX7vab2I0Snkf5-Iv0ZpXFoIfh-XKR3vRvIIuYcUYTPapvlX5r3oqG2X8OM4hQS4tW6V1ssRKgSBpx92WmJhGoH-9VVclHoC3ftYx2VfsJO/s320/syukur1.jpg
Bersyukurlah karena Allah Mencipta Sang Surya!
- - Majalah AlFirdaus
Pagi hari. Matahari mulai menyapa dengan sinarnya yang hangat. Orang-orang keluar dari rumahnya untuk menjalankan aktifitas masing-masing. Tidak banyak yang peduli dengan keberadaan si benda langit yang setia itu. Siangnya, matahari bersinar terik. Sinarnya yang menyengat siang itu, membuat beberapa orang nampak menyeka keringat. Tak jarang keluhan dari bibirnya terucap karena rasa tidak nyaman akibat suasana gerah yang tercipta. Menjelang petang, sedikit demi sedikit semburat jingga terlukis di langit. Matahari akan segera berpamitan. Kini, tinggal setengah lingkaran, bertanda matahari akan segera terbenam. Begitulah roda perputaran matahari, setiap harinya.
Ya, keberadaan matahari sebagai ciptaan Allah, kadang hanya kita anggap sebagai sesuatu yang biasa. Padahal, asal shohib AF tau aja, ada begitu banyak hal yang sebenarnya dapat menjadi bahan renungan kita atas keberadaan si Raja Siang ini !
Matahari adalah bintang terdekat dengan bumi dengan suhu permukaan enam ribu derajat celcius, hmm..., kebayang gak panasnya ? Tapi, jangan kaget dulu ! Sebab semakin kita menilik ke bagian inti bola raksasa ini, suhunya dapat mencapai hingga 15 juta derajat celcius loh! Energi yang dihasilkan, kemudian terbawa kepermukaan matahari sebagai panas dan sinar. Keduanya, amat penting bagi kehidupan dunia. Sinar dan panas itu terah dirancang dengan kepekaan yang menakjubkan bagi kehidupan kita !
Panas yang dihasilkan matahari berguna untuk memanaskan permukaan bumi. Sinarnya, terjaga kehangatannya dengan suhu dalam kisaran dimana makhluk hidup dapat bertahan. Sedangkan sebagai energi, sinar ini berguna sebagai penggerak dalam proses fotosintesis. Terutama, waktu tumbuhan membuat makanannya. Nah, kamu mungkin sudah pernah mempelajari proses ini di pelajaran sekolah kamu, khan? Tapi, jangan cuma hapal teorinya yah, tapi renungi pula betapa dalam proses tersebut tentunya tidak terlepas dari kekuasaan Allah Azza Wa Jalla, pencipta alam semesta !
Fotosintesis, Luar Biasa !
Fotosintesis terjadi dengan adanya kloroplas yag bekerja layaknya laboratorium kimia degan reaksi yang rumit di tiap detiknya. Satu-satunya pembuatan zat makanan di dunia adalah proses kimiawi yang dilakukan oleh tumbuhan ini. Semua makhluk hidup secara tidak langsung memperolehnya lewat jalur rantai makanan yang ada. Hewan pemakan tumbuhan mengambil energi ini, saat melahap rumput, daun dan sebagainya. Selanjutnya, hewan karnivora juga memperoleh energi dari sumber yang sama, ketika melahap hewan pemakan tumbuhan tadi. Begitu pula dengan manusia, waktu menyantap sayur dan daging, maka tanpa sadar, sebenarnya setiap santapan kita, ada energi dari matahari !
Belum cukup dengan energi, hasil penting fotosintesis lainnya adalah oksigen. Manusia dan hewan mengambil sedikit demi sedikit persediaan oksigen dari atmosfer dan tumbuhan. Selanjutnya, menggantinya lewat fotosintesis. Tentu saja, terdapat keseimbangan menakjubkan dalam hal ini. Tumbuhan menyediakan glukosa dan oksigen, kita menggunakannya dalam sel-sel kita. Karbondioksida yang kita lepaskan, digunakan kembali oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Daur selaras ini terjadi terus menerus, hanya dapat terjadi berkat bantuan sinar matahari !
Sinar matahari dirancang khusus untuk kehidupan di bumi. Pengaturan ini juga berlaku dalam proses fotosintesis yang hanya dapat berlangsung dengan sinar matahari, bukan sinar yang lain. Astronom asal Amerika menulis, “Klorofil adalah molekul yang melakukan fotosintesis diawali dengan penyerapan sinar matahari oleh molekul klorofil. Namun, agar ini terjadi, sinar itu haruslah berwarna sesuai. Sinar yang salah warna tidak akan bisa. Perumpamaannya seperti seperangkat televisi. Agar ia bisa menerima siaran tertentu, pesawat harus disetel ke saluran itu, jika disetel ke tempat yang lain, siaran tidak dapat diterima. Ini sama dengan fotosintesis, matahari diumpamakan berperan sebagai pemancar dan molekul klorofil sebagai pesawat televisi. Jika molekul dan matahari tidak saling disetel dalam hal warna, fotosintesis tidak akan terjadi. Ternyata, warna matahari sungguh sangat tepat untuk fotosintesis.” (George Greenstein, The Symbiotic Universe, William Morrow, New York, 1988, h.96)
Kesimpulannya, bahwa terdapat kecocokan yang sangat pas antara sinar matahari dengan klorofil yang ada pada daun. Kecocokan ini tentunya gak mungkin dong tanpa kesengajaan! Tapi, ada yang mengaturnya, yakni; pencipta matahari, tumbuh-tumbuhan, bumi, langit, dan semua di antara keduanya, adalah satu Dzat yang sama : Allah Subhanah Wata’ala !
Perjuangan Si Sinar
Sinar matahari harus melintasi rintangan besar sebelum mencapai bumi kita. Yup, rintangan itu adalah atmosfer! Tapi, sinar matahari adalah satu-satunya radiasi yang dapat dibiarkan lewat oleh atmosfer. Dalam waktu bersamaan, lapisan ini juga menahan sinar-sinar lain yang berbahaya bagi kehidupan manusia. Matahari hanya mencurahkan satu banding sepuluh pangkat dua puluh lima dari radiasinya, dan itulah yang diloloskan oleh atmsosfer. Tentunya rancangan dan rencana di tiap rincian alam semesta ini telah diciptakan Allah dengan keselarasan yang amat istimewa bagi segenap makhlukNya.
Stt..., ternyata kesimpulan yang dituntun oleh ilmu pengetahuan ini sesungguhnya telah diajarkan oleh Allah lewat al Qur’an sejak 14 abad lampau. Jika ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa sinar matahari disiapkan untuk kita dan untuk melayani kita, maka coba simak firman Allah dalam surah Ar Rahman [55] ayat 5 berikut :
“Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan”
Tengok pula apa yang terdapat dalam bagian Al Qur’an lainnya :
“Allahlah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dari hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya) dan telah menundukkan bagimu malan dan siang. Dan Dia telah berikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghinggakannya.Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah) (QS Ibrahim [14] : 34)
Subhanallah! Maka patutlah terucap syukur saat matahari menyinari bumi, karena Allah telah menciptanya, teruntuk kita semua !(AR)
Ya, keberadaan matahari sebagai ciptaan Allah, kadang hanya kita anggap sebagai sesuatu yang biasa. Padahal, asal shohib AF tau aja, ada begitu banyak hal yang sebenarnya dapat menjadi bahan renungan kita atas keberadaan si Raja Siang ini !
Matahari adalah bintang terdekat dengan bumi dengan suhu permukaan enam ribu derajat celcius, hmm..., kebayang gak panasnya ? Tapi, jangan kaget dulu ! Sebab semakin kita menilik ke bagian inti bola raksasa ini, suhunya dapat mencapai hingga 15 juta derajat celcius loh! Energi yang dihasilkan, kemudian terbawa kepermukaan matahari sebagai panas dan sinar. Keduanya, amat penting bagi kehidupan dunia. Sinar dan panas itu terah dirancang dengan kepekaan yang menakjubkan bagi kehidupan kita !
Panas yang dihasilkan matahari berguna untuk memanaskan permukaan bumi. Sinarnya, terjaga kehangatannya dengan suhu dalam kisaran dimana makhluk hidup dapat bertahan. Sedangkan sebagai energi, sinar ini berguna sebagai penggerak dalam proses fotosintesis. Terutama, waktu tumbuhan membuat makanannya. Nah, kamu mungkin sudah pernah mempelajari proses ini di pelajaran sekolah kamu, khan? Tapi, jangan cuma hapal teorinya yah, tapi renungi pula betapa dalam proses tersebut tentunya tidak terlepas dari kekuasaan Allah Azza Wa Jalla, pencipta alam semesta !
Fotosintesis, Luar Biasa !
Fotosintesis terjadi dengan adanya kloroplas yag bekerja layaknya laboratorium kimia degan reaksi yang rumit di tiap detiknya. Satu-satunya pembuatan zat makanan di dunia adalah proses kimiawi yang dilakukan oleh tumbuhan ini. Semua makhluk hidup secara tidak langsung memperolehnya lewat jalur rantai makanan yang ada. Hewan pemakan tumbuhan mengambil energi ini, saat melahap rumput, daun dan sebagainya. Selanjutnya, hewan karnivora juga memperoleh energi dari sumber yang sama, ketika melahap hewan pemakan tumbuhan tadi. Begitu pula dengan manusia, waktu menyantap sayur dan daging, maka tanpa sadar, sebenarnya setiap santapan kita, ada energi dari matahari !
Belum cukup dengan energi, hasil penting fotosintesis lainnya adalah oksigen. Manusia dan hewan mengambil sedikit demi sedikit persediaan oksigen dari atmosfer dan tumbuhan. Selanjutnya, menggantinya lewat fotosintesis. Tentu saja, terdapat keseimbangan menakjubkan dalam hal ini. Tumbuhan menyediakan glukosa dan oksigen, kita menggunakannya dalam sel-sel kita. Karbondioksida yang kita lepaskan, digunakan kembali oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Daur selaras ini terjadi terus menerus, hanya dapat terjadi berkat bantuan sinar matahari !
Sinar matahari dirancang khusus untuk kehidupan di bumi. Pengaturan ini juga berlaku dalam proses fotosintesis yang hanya dapat berlangsung dengan sinar matahari, bukan sinar yang lain. Astronom asal Amerika menulis, “Klorofil adalah molekul yang melakukan fotosintesis diawali dengan penyerapan sinar matahari oleh molekul klorofil. Namun, agar ini terjadi, sinar itu haruslah berwarna sesuai. Sinar yang salah warna tidak akan bisa. Perumpamaannya seperti seperangkat televisi. Agar ia bisa menerima siaran tertentu, pesawat harus disetel ke saluran itu, jika disetel ke tempat yang lain, siaran tidak dapat diterima. Ini sama dengan fotosintesis, matahari diumpamakan berperan sebagai pemancar dan molekul klorofil sebagai pesawat televisi. Jika molekul dan matahari tidak saling disetel dalam hal warna, fotosintesis tidak akan terjadi. Ternyata, warna matahari sungguh sangat tepat untuk fotosintesis.” (George Greenstein, The Symbiotic Universe, William Morrow, New York, 1988, h.96)
Kesimpulannya, bahwa terdapat kecocokan yang sangat pas antara sinar matahari dengan klorofil yang ada pada daun. Kecocokan ini tentunya gak mungkin dong tanpa kesengajaan! Tapi, ada yang mengaturnya, yakni; pencipta matahari, tumbuh-tumbuhan, bumi, langit, dan semua di antara keduanya, adalah satu Dzat yang sama : Allah Subhanah Wata’ala !
Perjuangan Si Sinar
Sinar matahari harus melintasi rintangan besar sebelum mencapai bumi kita. Yup, rintangan itu adalah atmosfer! Tapi, sinar matahari adalah satu-satunya radiasi yang dapat dibiarkan lewat oleh atmosfer. Dalam waktu bersamaan, lapisan ini juga menahan sinar-sinar lain yang berbahaya bagi kehidupan manusia. Matahari hanya mencurahkan satu banding sepuluh pangkat dua puluh lima dari radiasinya, dan itulah yang diloloskan oleh atmsosfer. Tentunya rancangan dan rencana di tiap rincian alam semesta ini telah diciptakan Allah dengan keselarasan yang amat istimewa bagi segenap makhlukNya.
Stt..., ternyata kesimpulan yang dituntun oleh ilmu pengetahuan ini sesungguhnya telah diajarkan oleh Allah lewat al Qur’an sejak 14 abad lampau. Jika ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa sinar matahari disiapkan untuk kita dan untuk melayani kita, maka coba simak firman Allah dalam surah Ar Rahman [55] ayat 5 berikut :
“Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan”
Tengok pula apa yang terdapat dalam bagian Al Qur’an lainnya :
“Allahlah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dari hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya) dan telah menundukkan bagimu malan dan siang. Dan Dia telah berikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghinggakannya.Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah) (QS Ibrahim [14] : 34)
Subhanallah! Maka patutlah terucap syukur saat matahari menyinari bumi, karena Allah telah menciptanya, teruntuk kita semua !(AR)
gambar: http://i287.photobucket.com/albums/ll123/sailorette857/sunshine.jpg
Popular Posts
-
Bismillaahirrahmaanirrahiim *sebuah oleh-oleh dari Pengajian Umum 'Rahasia Dzulhijjah dan Qurban', 1 Dzulhijjah 1434 H / 6 Ok...
Category List
AlFirdaus on Date
(7)
Artikel Islami
(11)
Artikel Tsaqofah
(3)
Cerita Kamu
(3)
Event
(2)
Nasihat Untuk Hati
(9)
Poster Islami
(2)
Ucapan Selamat
(2)
Followers
Subscribe via Email
Cara Kirim Tulisan
Redaksi menerima tulisan dari pembaca. Yang tulisannya dimuat, Insya Allah akan mendapat imbalan. Tulisan yang masuk akan menjadi milik redaksi dan tidak dikembalikan. Jangan lupa sertakan biodata singkat di akhir tulisan. Berminat? Silakan kirimkan tulisan via email ke redaksialfirdaus@yahoo.com