INSPIRASIAndSEMANGAT MUSLIM MUDA


Sebuah Renungan
Mencoba menyibak sejarah orang-orang sholeh terdahulu yang menjadikan seluruh hidup mereka adalah Ramadhan. Mereka telah mempersiapkan diri menanti datangnya bulan Ramadhan. Sebuah persiapan yang cukup untuk ‘bertarung’ dan istiqamah sehingga mereka benar merasakan sepenuhnya Ramadhan tersebut.
Rindu Ramadhan, berarti rindu pada sejuta kebaikan dalam bingkai amalan sholeh. Kerinduan yang hakikatnya merupakan kerinduan akan akhirat, kerinduan bertemu Allah. Oleh karena itu mereka berharap penuh kepada Allah, agar umur dipanjangkan bertemu syahrul mubarak. Pertanda mereka memiliki hati yang hidup, sambil khawatir jika umur tak sampai ke sana. Mereka adalah teladan, pengingat setiap hamba yang datang setelah mereka pada kematian. Tidak terbuai akan silaunya kehidupan dunia di hadapan mata.

Maka hari ini adalah zaman kita untuk mempersembahkan ibadah yang berkualitas. Kalau kita berbaik sangka kepada Allah, maka Dia akan memanjangkan umur kita untuk mendapatkan kebaikan yang akan datang, tentunya dibarengi dengan sebuah niat. Karena sebelum melakukan sebuah kebaikan, Allah telah mengetahui niat kita. Maka Allah akan berbaik sangka kepada kita dengan dirasakannya kenikmatan beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu tak ada pilihan lain, selain mempelajari niat itu sendiri. Sebab niat lebih dahulu ‘sampai’ daripada amalan.
Rindu Ramadhan, Rindu Kemenangan

Bulan Ramadhan adalah bulan kemenangan. Salafushshalih pun menjadi teladan. Mereka menjadi manusia yang rindu Ramadhan, sebab mereka merindukan kemenangan. Satu kisah populer adalah kisah perang badar. Sebuah kisah perang para malaikat.
Lalu sadarkah kita, perbedaan mencolok antara kita dengan orang-orang kafir, seperti perbedaan langit dan bumi…?! Kita beribadah kepada Allah, sedangkan mereka berdosa kepada Allah. Maka janganlah kita ‘mengkhayalkan dosa’ yang mereka lakukan. Meski mereka bersenjatakan nuklir sekalipun, tetapi ketahuilah senjata yang paling ampuh bagi kaum muslimin adalah ketaqwaan. Inilah rahasia kemenangan kaum muslimin di atas orang kafir. Kaum muslimin adalah orang yang hidup dengan kehidupan yang hakiki, dalam jiwa mereka ada iman dan taqwa. Adapun orang-orang kafir adalah orang-orang mati karena mereka terkubur oleh lumpur dosa kedurhakaan mereka.

Maka jadikanlah amar ma’ruf nahi mungkar sebagai pilihan hidup. Bersikap jujur kepada Allah, hingga Allah mengokohkan kita, seperti generasi gemilang, salafusshalih. Akankah sejarah terulang kembali pada hamba-hamba Allah yang masih hidup hari ini? Padahal Al Quran yang mereka baca, kita pun membacanya. Jika sang hamba beriman seperti iman mereka, insya Allah, Allah akan menjayakan umat ini!

Enyahkan segala kelemahan yang terbersit di hati, saat sang hamba memilih istiqamah di atas agama ini, maka akankah dia terpelanting dari dunia? Duhai sang hamba, sadarkah engkau bahwa dunia hanya diwariskan pada orang-orang sholeh?

Apalagi dunia yang pasti akan menghilang, maka saat Allah memanggil kita, bergembiralah! Bergembira menyambut Ramadhan dengan rahmat-Nya, melahirkan optimisme di hati walau saat ini umat berada di titik nadir. Yah, kata orang, umat Islam kini berada dalam masa kegelapan. Tapi kita punya harapan besar. Selalu mau menunjukkan yang terbaik di hadapan Allah!

Melirik Kepekaan Hati Salafusshalih
Seorang salaf pernah menjual budak wanitanya kepada seseorang. Ketika Ramadhan tiba, maka tuan barunya itu menyiapkan segala sesuatunya berupa makanan dan minuman untuk persiapan selama Ramadhan. Budak wanita itu kemudian heran dengan apa yang diperbuat oleh tuannya, karena yang demikian itu tidak pernah ia dapatkan ketika masih mengabdi kepada tuannya yang lama. “Maaf tuan, kelihatannya anda sibuk sekali, sepertinya akan datang masa paceklik yang panjang?” tanyanya. “Kami sedang mempersiapkan menyambut bulan Ramadhan” jawab tuannya. Budak itu berkata, “Memangnya kalian tidak berpuasa selain bulan ini? Demi Allah, aku dulu hidup bersama orang yang sepanjang masanya adalah Ramadhan, kembalikan saya kepada tuanku itu”.

Dapat kita pahami bahwa salafusshalih menjadikan seluruh bulannya untuk taat kepada Allah dengan menjaga batasan-Nya, sebagaimana mereka ketika berada di bulan Ramadhan. Begitulah salafusshalih, memberikan penghormatan terhadap Islam. Tapi mereka senantiasa takut kepada Allah, padahal keimanan mereka ter-refleksi dalam kehidupannya dalam berbagai ibadah dan amal sholeh. Beginilah, ruhiyah salafusshalih! Merekalah manusia-manusia Ramadhan.

Dikarenakan ‘ilmun naafi’un (ilmu yang bermanfaat) yang sampai pada hati dan lisan mereka. Sebagai orang yang senantiasa rindu berjumpa dengan Allah, banyak kisah teladan dari mereka. Dari ayat ke ayat, hadits ke hadits, lalu kita diingatkan, “Kapan Ramadhan kita amalkan?” Sebab generasi yang mencontoh salafusshalih tidak menunggu hati mereka menjadi keras.
Mengambil Ibrah di Bulan Sya’ban
Seyogyanyalah kita memperbanyak ibadah di bulan Sya’ban, terutama ibadah puasa. Hikmahnya sebagai persiapan memasuki bulan Ramadhan. juga karena bulan itu banyak orang yang lalai sehingga Rasulullah mencontohkan kepada kita untuk istiqamah. Pada bulan itu juga, amal-amal manusia diangkat ke langit sehingga Rasulullah suka jika berpuasa. Termasuk ibadah puasa Senin-Kamis yang beliau lakukan.

Hikmah lain yang bisa dipetik; di saat merebaknya kelalaian, orang yang tetap dalam ketaatannya, pastilah memiliki pahala yang lebih banyak, sebab boleh jadi mereka itu sedikit. Yah, di saat banyak orang lalai, ia tetap menjaga hubungannya dengan Allah! Tidak mudah memang. Tapi hal tersebut menunjukkan sebuah komitmen yang kokoh. Ibarat gunung berguncang, ia pun tetap tegar! Karena amalan yang berat adalah ketika berhadapan dengan jiwa. Mudah melakukannya di saat berkumpul dengan orang-orang sholeh, tapi saat sendiri? Ia tetap memilih istiqamah! Istiqamah di atas agama ini, sampai Allah mempertemukan sang hamba tersebut di bulan berkah, bulan Ramadhan.

Semoga Allah memberi umur panjang. Mengisi Ramadhan dengan amal sholeh. Tapi bukan berarti ‘menyembah’ Ramadhan, melainkan menyembah Allah pada seluruh bulan.


Meraup Pahala di Bulan Ramadhan
Hati mesti ditata sepenuhnya untuk menyambut tamu mulia ini dengan penuh cinta. Karenanya, bulan Ramadhan adalah bulan amal.

1. Puasa

Ibadah puasa tidak melahirkan amal karena puasa berarti menahan. Tepatnya, puasa adalah rahasia antara hamba dengan Allah. Allah Subhanahu wa ta’ala akan memberikan pahala berlipat ganda sesuai kualitas puasa hamba-Nya. Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda (artinya), “Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya. Satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah Subhanahu wa ta’ala berkata, “Kecuali puasa, Aku yang akan membalas orang yang mengerjakannya, karena dia telah meninggalkan keinginan-keinginan hawa nafsu dan makannya karena Aku” (HR. Muslim)
Tapi shohib AF, bisa saja orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan haus saja. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda (artinya), “Berapa banyak orang yang berpuasa, hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja, dan berapa banyak orang yang mendirikan ibadah di malam hari, tapi hanya mendapatkan begadang saja” (HR. Ahmad)

2. Shalat Tarawih (Qiyamu Lail)

Malam bulan Ramadhan memiliki kesan khusus dengan seluruh malam dalam setahun. Shohib AF bisa melihat semua orang bisa melaksanakan shalat tarawih, meski dengan niat yang berbeda-beda. Nah, agar niat tidak keliru, perlu diketahui keutamaan di balik shalat malam (tarawih) yang bakal dilakukan.

]مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ[

“Barangsiapa yang mengerjakan shalat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, niscaya akan diampunilah dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun ‘alaih)

3. Sedekah

Qudwah kita, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, adalah orang yang dermawan. Kedermawanan beliau bertambah di bulan puasa. Dalam sebuah hadits beliau bersabda (artinya), “Seutama-utama sedekah adalah pada bulan Ramadhan” (HR. Tirmidzi dari Anas Radiyallahu ‘anhu)
Termasuk bentuk sedekah yang lain adalah menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Barangsiapa menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, niscaya ia mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun” (HR. Ahmad dan An-Nasai)

4. Membaca Al Quran

Rasul memperbanyak membaca Al Quran di bulan Ramadhan. Malaikat jibril pun datang untuk membacakannya kepada beliau (HR. Bukhari). Tentang orang yang menghafal Al Quran, telah diriwayatkan oleh Ibnu Umar, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Dikatakan kepada orang yang berteman dengan Al Quran; bacalah dan bacalah sekali lagi serta bacalah secara tartil seperti yang engkau lakukan di dunia, karena manzilahmu terletak di akhir ayat yang engkau baca” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan yang lainnya)

5. I’tikaf

I’tikaf adalah menetap di masjid untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Aisyah Radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasul melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan hingga Allah mewafatkan beliau. Kemudian para istri baliau juga melakukan i’tikaf setelah beliau wafat. Dalam lafadz yang lain dikatakan, “Rasulullah i’tikaf pada bulan Ramadhan. Jika beliau hendak shalat subuh, maka beliau mengahampiri tempat yang beliau gunakan untuk i’tikaf sebelumnya” (HR. Bukhari dan Muslim). Aisyah berkata, “Biasanya Rasulullah bersungguh-sungguh beribadah pada sepuluh maalam terakhir (Ramadhn) melebihi dari kesungguhan beliau di waktu-waktu yang lain” (HR. Muslim)
6. Umrah

Umrah berarti mengunjungi Baitullah yang suci untuk thawaf dan sa’i di bulan Ramadhan, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Umrah ke umrah lainnya adalah menghapus dosa-dosa diantara keduanya” (Mutaffaq alaihi)

7. Mencari malam lailatul qadar (malam kemuliaan)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya), “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sanpai terbit fajar(QS. Al Qadr [97]:1-5)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Barangsiapa yang mendirikan shalat malam pada lailatul qadar dengan dasar keimanan dan mengharapkan ridha Allah pasti diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang(HR. Bukhari)
Wah, dua dalil di atas saja, membuat kita serasa dimuliakan oleh Allah! Sudahkah kita juga merasakan kemuliaan bulan Ramadhan? Shohib AF, ternyata ada satu doa yang dianjurkan membacanya bila bertepatan dengan malam lailatul qadar, satu malam yang berada di sepuluh malam terakhir Ramadhan.

Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata, “Ya Rasulullah, apa yang aku baca bila bertepatan dengan malam itu?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bacalah; Allohumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’ fu ‘anni (Ya Allah, sesungguhnya Engakau Maha Pemberi ampunan dan suka memberi ampun maka ampunilah aku)”
Semoga Allah memberikan kemudahan agar dapat memanfaatkan Ramadhan sebaik-baiknya, utamanya beramal dengan amalan yang sesuai sunnah Rasul. Berharap kita dapat mendulang pahala Ramadhan, sehingga ketika keluar Ramadhan, kita menjadi hamba yang bertakwa. Amin.

This entry was posted in Thank you for reading !! Barakallahu fiik .

1 comments:

Unknown said...

Subhanallah, thoyyib.

Post a Comment

Silakan berkomentar!

Followers

Subscribe via Email

Enter your email address:

Cara Kirim Tulisan

Redaksi menerima tulisan dari pembaca. Yang tulisannya dimuat, Insya Allah akan mendapat imbalan. Tulisan yang masuk akan menjadi milik redaksi dan tidak dikembalikan. Jangan lupa sertakan biodata singkat di akhir tulisan. Berminat? Silakan kirimkan tulisan via email ke redaksialfirdaus@yahoo.com