INSPIRASIAndSEMANGAT MUSLIM MUDA

thumb2

Selamat Idul Adha 1431 H

- - Majalah AlFirdaus



Continue reading

thumb2

Panduan Iedul Qurban

- - Majalah AlFirdaus


Panduan Iedul Qurban

‘Iedul Qurban adalah salah satu hari raya di antara dua hari raya kaum muslimin, dan merupakan rahmat Allah shubhaana wa ta'ala bagi ummat Muhammad shallallahu 'alahi wa sallam . Hal ini diterangkan dalam hadits Anas radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: Nabi shallallahu 'alahi wa sallam datang, sedangkan penduduk Madinah di masa jahiliyyah memiliki dua hari raya yang mereka bersuka ria padanya (tahun baru dan hari pemuda /aunul mabud), maka (beliau) bersabda:

“Aku datang kepada kalian, sedangkan kalian memiliki dua hari raya yang kalian bersuka ria padanya di masa jahiliyyah, kemudian Allah menggantikan untuk kalian du a hari raya yang lebih baik dari keduanya; hari ‘Iedul Qurban dan hari ‘Iedul Fitri.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasai dan Al-Baghawi, shahih, lihat Ahkamul Iedain hal. 8).
Selain itu, pada Hari Raya Qurban terdapat ibadah yang besar pahalanya di sisi Allah Shubhaanahu wa ta'ala , yaitu shalat ‘Ied dan menyembelih hewan kurban.

Ta’rif (pengertian) Udhiyah
Udhiyah atau Dhahiyyah adalah nama atau istilah yang diberikan kepada hewan sembelihan (unta, sapi atau kambing) pada hari ‘Iedul Adha dan pada hari-hari Tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah) dalam rangka ibadah dan bertaqarrub kepada Allah Shubhaanahu wa ta'ala .

Dalil-dalil Disyariatkannya berdasarkan Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’a. Dalil Al Qur’an
Firman Allah Shubhaanahu wa ta'ala :

“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah” (QS. Al Kautsar : 2)
Berkata sebahagian ahli tafsir yang dimaksud dengan berqurban dalam ayat ini adalah menyembelih udhiyah (hewan kurban) yang dilakukan sesudah shalat ‘Ied (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 4:505 dan Al Mughni 13:360)

b. Dalil As Sunnah
Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu 'anhu ia berkata:

“Nabi shallallahu 'alahi wa sallam berkurban dengan dua ekor domba jantan yang keduanya berwarna putih bercampur hitam dan bertanduk. Beliau shallallahu 'alahi wa sallam menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri sambil membaca basmalah dan bertakbir” (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Dalil Ijma’
Seluruh kaum muslimin telah bersepakat tentang disyariatkannya (Lihat Al Mughni 13:360)

Fadhilah (Keutamaan)
Telah diriwayatkan oleh imam Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Aisyah radhiyallahu 'anha, Bahwa Nabi shallallahu 'alahi wa sallam bersabda bahwa menyembelih ( udhiyah) adalah amalan yang paling dicintai oleh Allah shubhaana wa ta'ala  dari anak Adam (manusia) pada hari itu dan sangat cepat diterima oleh-Nya sampai diibaratkan, sebelum darah hewan sembelihan menyentuh tanah, namun riwayat ini lemah karena pada sanadnya ada Abu Al Mutsanna Sulaiman bin Yazid dan dia telah dilemahkan olah ulama-ulama hadits) (Lihat Takhrij Misyatul Al Mashobin 1:462)

Walaupun demikian ulama telah bersepakat bahwa berkurban adalah ibadah yang paling utama (afdhal) dikerjakan pada hari itu dan dia lebih utama dari pada sekedar berinfaq.

Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata : “Nabi shallallahu 'alahi wa sallam telah melakukan udhiyah,demikian pula para khalifah sesudah beliau. Seandainya bersede-kah biasa lebih afdhal tentu mereka telah melakukannya”. Dan beliau berkata lagi : “Mangutamakan sedekah atas udhiyah akan mengakibatkan ditinggalkannya sunnah Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam ”. ( Al Mughni 13:362)

Hukummya
Hukum Udhiyah adalah Sunnah Muakkadah (sangat ditekankan) bahkan sebagian ulama mewajibkan bagi yang mampu, namun pendapat yang rajih (kuat) adalah pendapat jumhur ulama yang mengatakan sunnah muakkadah dan dimakruhkan meninggalkannya bagi orang yang sanggup mengerjakannya – Wallahu A’lam-

Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata :
“Tidak ada khabar yang shahih yang menunjukkan bahwa salah seorang dari shahabat memandang hukumnya wajib”

Hukum sunnah ini bisa menjadi wajib oleh satu dari dua sebab berikut:
-Jika seseorang bernadzar untuk berkurban.
-Jika ia telah mengatakan ketika membeli (memiliki) hewan tersebut: “Ini adalah hewan udhiyah (kurban)” atau dengan perkataan yang semakna dengannya.

Hikmah Qurban-Taqarrub (pendekatan) kepada Allah shubhaana wa ta'ala
-Menghidupkan sunnah Ibrahim dan semangat pengorbanannya
-Berbagi suka kepada keluarga, kerabat, sahaya dan fakir miskin
-Tanda kesyukuran kepada Allah shubhaana wa ta'ala atas karunia-Nya

Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda :

“Hari-hari ini adalah hari makan dan minum serta berdzikir kepada Allah shubhaana wa ta'ala ” (HR. Muslim)
Syarat Hewan yang dijadikan Udhiyah
Udhiyah tidak sah kecuali pada unta, sapi dan kambing :
1. Unta minimal 5 tahun
2. Sapi minimal 2 tahun
3. Domba minimal 6 bulan
4. Kambing biasa minimal 1 tahun

Dan tidak mengapa menyembelih hewan yang telah dikebiri, sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Abu Rafi radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam menyembelih dua ekor domba yang berwarna putih bercampur hitam yang sudah dikebiri (HR. Ahmad).Apalagi hewan yang telah dikebiri lebih baik dan lebih lezat.

Hewan Yang Tidak Sah Dijadikan Udhiyah
Merupakan syarat dari udhiyah adalah bebas dari aib/ cacat. Karenanya tidak boleh menyembelih hewan yang memiliki cacat, diantaranya :
1.Yang sakit dan tampak sakitnya
2.Yang buta sebelah dan tampak pecaknya
3.Yang pincang dan tampak kepincangannya
4.Yang sangat kurus sehingga tidak bersumsum lagi
5.Yang hilang sebahagian besar tanduk atau telinganya
6.Dan yang termasuk tidak pantas untuk dijadikan udhiyah adalah yang pecah atau tanggal gigi depannya, yang pecah selaput tanduknya, yang buta, yang mengitari padang rumput namun tidak merumput dan yang banyak kudisnya.

Waktu Penyembelihan
Penyembelihan dimulai seusai shalat ‘Iedul Adha hingga akhir dari hari-hari tasyrik yaitu sebelum terbenam matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah. Dan sebagian ulama memandang waktu terakhir berkurban adalah terbenamnya matahari pada tanggal 12 Dzulhijjah -Wallahu A’lam-

Dari Al Baro’ bin Azib radhiyallahu 'anhu , Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda yang artinya :

“Sesungguhnya yang pertama kali dilakukan pada hari (‘Iedul Adha) ini adalah shalat, kemudian kita pulang lalu menyembelih (udhiyah). Barangsiapa yang melakukan seperti ini maka telah sesuai dengan sunnah kami dan barangsiapa yang menyembelih sebelum shalat maka sembelihan itu hanyalah daging untuk keluarganya dan tidak termasuk nusuk (ibadah)” (HR. Bukhari dan Muslim)
Do’a yang dibaca Saat Menyembelih “ Bismillahi Allahu Akbar” (Dengan nama Allah, Allah Yang Maha Besar) Dan boleh ditambah :
“Allahumma Hadza Minka Walaka Allahumma Hadza An.......”
Ya Allah, sembelihan ini dari-Mu dan bagi-Mu. Ya Allah sembelihan ini atas nama ……(menyebutkan nama yang berkurban)” (HSR. Abu Daud)

Urutan Udhiyah yang afdhal
1. Seekor unta dari satu orang
2. Seekor sapi dari satu orang
3. Seekor domba dari satu orang
4. Seekor kambing biasa dari satu orang
5. Gabungan 7 orang untuk seekor unta
6. Gabungan 7 orang untuk seekor sapi

Beberapa Hal Yang Berkenaan Dengan Udhiyah - Jika seseorang menyembelih udhiyah maka amalan itu telah mencakup pula seluruh anggota keluarganya (R. Tirmidzi dan Malik dengan sanad yang hasan)

- Boleh bergabung tujuh orang pada satu udhiyah yang berupa unta atau sapi (HR. Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi)

- Disunnahkan untuk membagi udhiyah menjadi tiga bagian : Sepertiga buat yang berkurban, sepertiga dihadiahkan dan sepertiga disedekahkan.

- Dibolehkan memindahkan hewan kurban ketempat atau negeri lain

- Tidak boleh menjual kulit dan daging sembelihan

- Tidak boleh memberikan kepada penjagal (tukang sembelih) upah dengan daging tersebut dan hendaknya upah dari selainnya (R. Muslim dari Ali radhiyallahu 'anhu )

- Disunnahkan juga bagi yang mampu untuk menyembelih sendiri hewan kurbannya .

- Barang siapa yang bermaksud untuk berkurban maka dilarang baginya memotong kuku dan rambutnya atau bulu yang melekat dibadannya sejak masuk tanggal 1 Dzulhijjah (HR. Muslim). Namun jika ia memotongnya, maka tidak ada kaffarah (tebusan) baginya namun hendaknya ia beristigfar kepada Allah shubhaana wa ta'ala, dan hal ini tidak menghalanginya untuk berkurban.

-Hendaknya menyembelih dengan pisau, parang (atau sejenisnya) yang tajam agar tidak menyiksa hewan sembelihan

- Seorang wanita boleh menyembelih hewan kurban

Barang siapa yang tidak sanggup untuk berkurban maka ia mendapat pahala –Insya Allah- karena Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam telah berkurban atas namanya dan atas nama kaum muslimin yang tidak mampu untuk berkurban.

Maraji’:
1. Fiqh As Sunnah, Asy Syekh Sayyid Sabiq
2. Al mughni, Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisy
3. Ahkamul ‘Iedain, Asy Syekh Ali Hasan Ali Abdul Hamid Al Atsary
sumber: http://www.wahdah.or.id/
Continue reading

thumb2

Ada yang Spesial di 10 Hari Pertama Zulhijjah!

- - Majalah AlFirdaus


Shohib AF, mungkin jika ada orang yang bertanya tanggal sama kamu, kamu akan dapat menjawabnya secara langsung. Mungkin, dengan sedikiti melirik kalender di jam tangan atau di hp, maka kamu bisa langsung tau tanggal berapa sekarang. Tapi bagaimana kalau yang ditanyakan sama kamu adalah penanggalan hijriah?
Nah…jadi bingung khan?
Kebiasaan kita menggunakan kalender masehi membuat kita, muslim Indonesia seringkali melewatkan momen-momen ibadah yang penting yang terkait dengan penanggalan hijriah ini. Salah satunya adalah dengan kedatangan bulan Dzulhijjah di tengah-tengah kita, tepat pada hari ini!
Hmm…, kali ini, setelah mengumpulkan beberapa bahan dari berbagai sumber, Alfirdaus akan mencoba berbagi ilmu sama Shohib AF semua tentang keutamaan 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah!
1. Firman Allah subhanahu wata’ala,
وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ
Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS. al-Fajr: 1-2)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “yang dimaksud adalah sepuluh hari (pertama) bulan Dzul Hijjah sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, Ibn az-Zubair, Mujahid, dan yang lain.“
2. Allah Ta’ala berfirman,
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ
…dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan.”(Al Hajj: 28)
Ibnu Abbas rahimahullah berkata: “(Yang dimaksud adalah) hari-hari sepuluh (bulan Dzul Hijjah)“.
3. Dari Ibnu Abbas radliyallah ‘anhuma, berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلُ فِي هَذِهِ الْعَشْرَةِ، قَالُوْا: وَلاَ الْجِهَادُ، قَالَ: وَلاَ الْجِهَادُ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَئٍ
“Tidak ada amal perbuatan yang lebih utama dari (amal yang dilakukan) pada sepuluh hari bulan Dzul Hijjah, mereka (para sahabat) berkata:’ Tidak juga jihad (lebih utama dari itu)?’. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Tidak juga jihad, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya lalu kembali tanpa membawa sesuatupun.” (HR. al-Bukhari).
4. Dari Ibnu Umar radliyallah ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada hari-hari yang lebih besar di sisi Allah Ta’ala dan tidak ada amal perbuatan yang lebih dicintai-Nya selain pada sepuluh hari itu. Maka perbanyaklah pada hari-hari tersebut Tahlil, Takbir dan Tahmid “ (HR. Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir).
5. Adalah Sa’id bin Jubair rahimahullah bila datang sepuluh hari (pertama bulan Dzul Hijjah) sangat bersungguh-sungguh hingga hampir saja dia tidak kuasa (melaksanakannya).“ (HR. Ad-Daarimi dengan sanad yang hasan).
6. Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam kitabnya Fath al-Baari, “Tampaknya, sebab diistimewakannya sepuluh hari Dzul Hijjah adalah karena pada hari tersebut merupakan waktu berkumpul-nya ibadah-ibadah pokok, yaitu shalat, shaum, shadaqah dan haji, dan hal itu tidak didapatkan pada hari-hari lain.“
7. Para ulama menyatakan, “Sepuluh hari (pertama) Dzul Hijjah adalah hari-hari yang paling utama, sedangkan malam-malam terakhir bulan Ramadhan adalah malam-malam yang paling utama.”
Amalan yang Dianjurkan di Sepuluh Hari Pertama Awal Zulhijjah
Keutamaan sepuluh hari awal Zulhijjah berlaku untuk amalan apa saja, tidak terbatas pada amalan tertentu, sehingga amalan tersebut boleh jadi solat, sedekah, membaca Al Qur’an, dan amalan soleh lainnya. Di antara amalan yang dianjurkan di awal Zulhijjah adalah amalan puasa. Dari Hunaidah bin Kholid, dari isterinya, beberapa isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Zulhijjah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya
Di antara sahabat yang megamalkan puasa selama sembilan hari awal Zulhijjah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qatadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. Inilah yang menjadi pendapat majoriti ulama.
Namun ada sebuah riwayat dari ‘Aisyah yang menyebutkan,
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada sepuluh hari bulan Zulhijjah sama sekali.”Mengenai riwayat ini, para ulama memiliki beberapa penjelasan.
Ibnu Hajar Al Asqalani menyatakan bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan puasa ketika itu –padahal baginda saw suka melakukannya- kerana khawatir umatnya menganggap puasa tersebut wajib.
Imam Ahmad bin Hambal menjelaskan bahawa ada riwayat yang menyebutkan hal yang berbeda dengan riwayat ‘Aisyah di atas. Lantas beliau menyebutkan riwayat Hafshoh yang menyatakan bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan puasa pada sembilan hari awal Zulhijjah. Sebagian ulama menjelaskan bahawa jika ada pertentangan antara perkataan ‘Aisyah yang menyatakan bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa sembilan hari Zulhijjah dan perkataan Hafshoh yang menyatakan bahawa beliau malah tidak pernah meninggalkan puasa sembilan hari Zulhijjah, maka yang dimenangkan adalah perkataan yang menetapkan adanya puasa sembilan hari Zulhijjah.
Namun dalam penjelasan lainnya, Imam Ahmad menjelaskan bahwa maksud riwayat ‘Aisyah adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa penuh selama sepuluh hari Zulhijjah. Sedangkan maksud riwayat Hafshoh adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di sebagian besar hari yang ada. Jadi, hendaklah berpuasa di sebahagian hari dan berbuka di sebahagian hari lainnya.
Kesimpulan: Boleh berpuasa penuh selama sembilan hari bulan Zulhijjah (dari tanggal 1 sampai 9 Zulhijjah) atau berpuasa pada sebagian harinya.
Keutamaan Hari Arafah
Di antara keutamaan hari Arafah (9 Zulhijjah) disebutkan dalam hadits berikut,
“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah di hari Arafah (iaitu untuk orang yang berada di Arafah). Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?”[ HR. Muslim no. 1348, dari ‘Aisyah.]
Itulah keutamaan orang yang berhaji. Saudara-saudara kita yang sedang wukuf di Arafah saat ini telah rela meninggalkan sanak keluarga, negeri, juga menghabiskan hartanya, dan tubuh mereka pula dalam keadaan letih. Yang mereka inginkan hanyalah keampunan, keridhaan, dekat dan berjumpa dengan Rabbnya. Cita-cita mereka yang berada di Arafah inilah yang akan mereka perolehi. Darajat mereka pun akan tergantung pada niat mereka masing-masing.[ Lihat Mirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih, Al Mala ‘Alal Qori, 9/65,Mawqi’ Al Misykah Al Islamiyah]
Keutamaan yang lainnya, hari Arafah adalah waktu mustajabnya do’a. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.”[ HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani menyatakan bahawa hadits ini hasan.]
Maksudnya, inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau dikabulkan. Jadi hendaklah kaum muslimin memanfaatkan waktu ini untuk banyak berdoa pada Allah. Do’a pada hari Arafah adalah do’a yang mustajab kerana dilakukan pada waktu yang utama.
Jangan Tinggalkan Puasa Arafah
Bagi orang yang tidak melakukan haji , dianjurkan untuk menunaikan puasa Arafah yaitu pada tanggal 9 Zulhijjah. Hal ini berdasarkan hadits Abu Qatadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.”[ HR. Muslim no. 1162, dari Abu Qotadah.]
Hadits ini menunjukkan bahawa puasa Arafah lebih utama daripada puasa ‘Asyura. Di antara alasannya, Puasa Asyura berasal daripada Nabi Musa, sedangkan puasa Arafah berasal daripada Nabi kita Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.[25] Keutamaan puasa Arafah adalah menghapuskan dosa selama dua tahun dan dosa yang dimaksudkan di sini adalah dosa-dosa kecil.
Akan tetapi untuk orang yang berhaji tidak dianjurkan melaksanakan puasa Arafah.
Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa ketika di Arafah. Ketika itu baginda shalallahu alaihi wasallam diberikan minuman susu, baginda pun meminumnya.”[ HR. Tirmidzi no. 750. At Tirmidzi menyatakan bahawa hadits tersebut hasan sahih. Syaikh Al Albani menyatakan bahawa hadits ini sahih]
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar bahawa beliau ditanya mengenai puasa hari Arafah di Arafah. Beliau menyatakan,
“Aku pernah berhaji bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan baginda tidak menunaikan puasa pada hari Arafah. Aku pun pernah berhaji bersama Abu Bakr, beliau pun tidak berpuasa ketika itu, begitu juga dengan Umar , beliau pun tidak berpuasa ketika itu, begitu pula dengan ‘Utsman, beliau tidak berpuasa ketika itu. Aku pun tidak mengerjakan puasa Arafah ketika itu. Aku pun tidak memerintahkan orang lain untuk melakukannya. Aku pun tidak melarang jika ada yang melakukannya.”[ HR. Tirmidzi no. 751. Syaikh Al Albani menyatakan bahawa sanad hadits ini sahih.]
Dari sini, yang lebih utama bagi orang yang sedang berhaji adalah tidak berpuasa ketika hari Arafah di Arafah dalam rangka meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Khulafa’ur Rosyidin (Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Utsman),ia juga bertujuan agar lebih menguatkan diri di dalam berdo’a dan berdzikir ketika wukuf di Arafah. Inilah pendapat mayoritas ulama.[ Lihat Sahih Fiqih Sunnah, Abu Malik, 2/137, Al Maktabah At Taufiqiyah.]
Nah, shohib AF, sekarang kamu sudah tahu khan keutamaan sepuluh hari pertama Zulhijjah? Semoga kita menjadi orang-orang yang dapat memanfaatkan momen yang sangat berharga ini, dan kembali mengumpulkan bekal untuk perjalanan akhirat kita nanti. Semoga dimudahkan!
Continue reading

Followers

Subscribe via Email

Enter your email address:

Cara Kirim Tulisan

Redaksi menerima tulisan dari pembaca. Yang tulisannya dimuat, Insya Allah akan mendapat imbalan. Tulisan yang masuk akan menjadi milik redaksi dan tidak dikembalikan. Jangan lupa sertakan biodata singkat di akhir tulisan. Berminat? Silakan kirimkan tulisan via email ke redaksialfirdaus@yahoo.com