Bismillaaahirrahmaanirrahiim
“Apakah kamu masih
pernah mengingatnya?”, tanya seorang
kawan saat kami sedang dalam perjalanan ke rumah masing-masing. Dia bertanya
tentang seorang saudari kami yang beberapa tempo lalu, sebelum Ramadhan datang,
telah menyelesaikan skenario hidupnya di dunia. Kawan saya itu mengaku, bahwa
seringkali ia tiba-tiba mengingat beberapa kenangan dengan saudari kami yang
sudah meninggal itu.
Saat ditanya seperti itu, saya mengangguk. Ya, saya
pun kadang mengingat beliau. Saya mengingat bacaan Qur’annya yang indah, juga
tutur katanya yang sejuk. Namun, ada satu memori yang kadang melintas di benak
saya tentangnya, sebuah nasihat yang ia kirimkan lewat pesan singkat.
“Saat kita telah
lelah melakukan kebaikan, lalu tiba-tiba memiliki keinginan untuk kembali pada
keburukan, maka ingatlah bahwa bisa saja saat itu adalah saat Allah mengakhiri
hidup kita. Maka, inginkah kita memiliki akhir yang buruk?”
Nasihat singkat yang selalu terlintas di benak saya,
ketika rasa lelah itu datang.
Mungkin, memang telah tiba masa dimana berpegang
teguh pada kebenaran terasa bagaikan menggenggam bara api. Rasanya, ingin
segera cepat-cepat melepaskannya, karena ketidaknyamanan, bakan keperihan yang
kita rasakan. Hari-hari dihiasi dengan berbagai macam berita yang bercampur
aduk antara yang haq dan yang bathil. Tanpa kemampuan untuk memilah
keduanya, sangat mungkin kita terjatuh pada keburukan, dan sangat berpeluang
kita merasa lelah dalam berkebaikan.
Terkadang, kesalahan-kesalahan kecil kita carikan
pembenaran. Dosa-dosa yang terlihat sepele kita anggap remeh. Ia bagaikan lalat
yang nangkring di hidung dan bisa
segera kita halau agar terbang dari sana. Dosa bukan lagi kita lihat serupa
gunung yang bisa menimpa kita kapan saja. Padahal tanpa kita sadari, dosa-dosa
yang kita remehkan itu, bisa saja menjelma menjadi dosa yang besar.
Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qasidin (Jalan Orang-Orang yang Mendapat Petunjuk),
memaparkan bahwa ada beberapa hal yang dapat menyebabkan dosa kecil menjadi
besar, diantaranya:
Pertama,
menganggap remeh perbuatan buruk. Menganggap remeh sebuah dosa, akan membuat
seseorang tidak merasa perlu untuk menghindarinya. Padahal, selagi seorang
hamba menganggapnya kecil dan remeh, maka sebenarnya dosa itu akan menjadi
besar di sisi Allah. Bilal bin Sa’d Rahimahullah
berkata, “Janganlah kalian melihat
kecilnya kesalahan, tetapi lihatlah keagungan yang kalian durhakai”.
Kedua,
merasa senang melakukannya, bahkan membanggakannya. Ridha terhadap kesalahan
diri, bahkan membanggakannya, karena menganggapnya hanya kesalahan kecil
(bahkan menganggapnya bukan kesalahan), adalah diantara penyebab dosa kecil
setara dengan dosa besar.
Ketiga,
meremehkan kasih sayang Allah. Seseorang yang terus meremehkan dosa kecil
berarti ia tidak sadar bahwa sikapnya itu dapat mendatangkan kemurkaan dari
Allah.
Keempat,
menceritakan dosanya pada orang lain. Tidak sadarkah kita bahwa menceritakan
kesalahan kita pada orang lain, bisa saja menjadi inspirasi orang lain untuk
melakukan hal yang sama? Atau mungkin pula menjadi pembenaran baginya untuk
turut melakukan hal yang serupa. Naudzubillah,
jangan sampai hal itu menjadi dosa jariyah bagi kita!
Terlebih lagi, jika
penyebab kelima pun turut di
dalamnya, yaitu sebab yang melakukannya adalah seorang ulama yang menjadi
panutan. Maka, orang-orang akan mudah untuk menjadikan kesalahannya itu sebagai
alasan untuk memudah-mudahkan melakukan dosa.
Sebab seharusnya, seorang ulama
memiliki dua tugas, yaitu:
1. Meninggalkan dosa,
2. Menyembunyikan dosa itu jika ia
melakukannya, agar tidak ada orang yang mengikutinya.
Maka, jangan sampai kita menjadi orang-orang yang
menganggap kecil perbuatan dosa. Jangan sampai kita adalah diantara manusia
yang lelah berbuat baik, lalu kemudian memilih untuk berpaling pada keburukan.
Sebab, mari bersama-sama kita menjadikan kematian sebagai sebaik-baik nasihat.
Jangan sampai, hidup kita menjadi buruk pada akhirnya.
Tetaplah setia pada jalan kebenaran, sesulit apapun
ia ditempuh. Sesunyi apapun keadaannya. Dan seasing apapun kondisi kita saat
menyusurinya. Sekelam apapun masa lalu kita, tetaplah ingat bahwa kebaikan akan
menghapuskan keburukan sebagaimana Allah telah berfirman,
“Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk.” (Hud:114)
Wallahu a’lam bishawab. (AR)
2 comments:
amin mudah2an kita di antaranya
pencerahan yang sangat bagus
Post a Comment
Silakan berkomentar!