Bismillaahirrahmaanirrahiim
Wahai manusia… di dalam
kehidupan pasti ada kekeruhan, pasti ada kesusahan-kesusahan dan pasti ada
ujian. Perkara-perkara ini adalah bagian dari hukum Allah Azza wa
Jalla terhadap makhlukNya untuk melihat siapakah di antara kita yang paling
baik amalannya.
Jadi
tidak diragukan lagi bahwa seorang manusia akan menghadapi berbagai bencana dan
musibah. Namun tiada yang menimpa diri seorang hamba kecuali yang ditetapkan
oleh Allah Ta’ala kepadanya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala yang
tertuang dalam QS. At Taubah ayat 51 yang artinya, “Katakanlah, ‘sekali-kali
tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami’.”
Sesungguhnya
jiwa manusia hanya dapat menjadi bersih nan suci, apabila telah ditempa dengan
sangat baik. Ujian dan cobaan akan memperlihatkan kesejatian seseorang.
Ibnul
Jauzi mengungkapkan, “orang yang ingin mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan
abadi tanpa ujian dan cobaan, berarti ia belum mengenal ajaran Islam dan tidak
mengenal arti pasrah diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Allah
Ta’ala tidak pernah menahan sesuatu untukmu, wahai orang yang terhadang badai,
tetapi karena Allah Ta’ala akan memberikan sesuatu yang lain. Allah Subhanahu
wa Ta’ala menguji untuk memberikan keselamatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi
cobaan untuk membersihkan diri kita. Selama masih ada umur, rezeki pasti akan
datang Insyaa ALLAH.
Seorang
ulama mengungkapkan, “orang yang diciptakan untuk masuk syurga, pasti akan
merasakan banyak kesulitan. Musibah yang sesungguhnya adalah yang menimpa agama
seseorang. Sementara musibah-musibah selain itu merupakan jalan keselamatan
baginya. Ada yang berfungsi meningkatkan pahala, ada yang menjadi pengampun
dosa. Orang yang benar-benar tertimpa merana adalah mereka yang terhalang dari
mendapatkan pahala.”
Jadi yakinlah bahwa pengaturan Allah Ta’ala lebih baik
dari pengaturan kita sendiri dan rahmatNya lebih besar dari kasih sayang
seorang ibu terhadap buah hatinya. Tak ada satu alasan pun bagi seorang yang
bertakwa untuk tidak memberikan keridhaan yang seutuhnya terhadap apa-apa yang
dibagikan Allah Azza wa Jalla untuk diri kita sendiri sehingga Allah Azza wa
Jalla akan memberikan keberkahan dan kelapangan.
Sebaliknya, barang siapa tidak
ridha, Allah Azza wa Jalla pun tidak akan memberinya kelapangan dan keberkahan.
Sehingga dapat dikatakan orang yang ridha adalah orang yang menganggap
nikmat-nikmat Allah, yaitu berupa sesuatu yang dibencinya lebih banyak dan
lebih besar daripada sesuatu yang dicintainya.
Aku
berbaik sangka dengan kebaikan ampunan-Mu
Yaa
Rabb yang Maha Indah
Engkau
adalah penguasa urusanku
Aku
menjaga rahasiaku dari seluruh kerabat dan keluarga
Engkau
adalah gudang rahasiaku
Yakin
dengan rahasia yang berada di sisi-Mu
Jangan
Engkau tidak menyia-nyiakanku ketika hari pengumpulanku
Hari
ketika diangkatnya penutup-penutup dari hijab-hijab ghaib
Janganlah
Engkau bukakan penutupku kepada manusia
Ajarkanlah
hujjahku kepada diriku
Jikalau
Aku—yaa Rabb—tidak memiliki hujjah dan udzur
Maraji : - La Tahzan
for Trouble Solutions (Mahmud Al Mishri)
- “ila ahlil masa’ib wal ahzan”, khutbah Syaikh Dr. Abdul Muhsin
Al-Qasim
0 comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar!