Bismillaahirrahmaanirrahiim
Oke sekarang marilah kita menengok
sejenak ke suatu kampong di belahan bumi Sulawesi Barat, tepatnya di PolMan (Polewali
Mandar), PolMas (Polewali Mamasa) dulu adalah nama yang pertama kali disematkan
untuk kota ini tapi semenjak beberapa tahun lalu nama Polman pun telah menjadi
ciri khas dari kota ini, yaa mungkin karena sekarang tanah ini lebih banyak “dihuni”
oleh orang Mandar.
Sudah
menjadi rahasia umum bahwa ramadhan di “kampong” sedikit lebih bermakna
daripada merayakan di kota. Itulah yang kami rasakan setelah kata mudik lebaran,
menjadi sebuah tradisi lagi setelah hampir 3 tahun kami lewatkan.
Malam
takbiran di kampong selalu lebih bermakna, seperti halnya di Polman sudah
menjadi tradisi setiap malam takbiran ratusan hingga ribuan warga memadati sisi
jalan untuk menyaksikan puluhan bahkan ratusan kendaraan roda dua atau pun roda
empat yang melakukan pawai perayaan malam takbiran. Kendaraan-kendaraan itu pun
di hiasi dengan miniatur mesjid diiringi dengan suara gema takbir. Allahu
Akbar!
Hal
ini pun merupakan suatu momen yang sangat berharga dan hiburan tersendiri bagi
masyarakat, apalagi malam takbiran hanya dirayakan setahun sekali. Bunyi
petasan dan letusan kembang api pun turut menambah keindahan warna langit malam
itu.
Malamnya yang
menggema, dan paginya yang cerah! Shalat ied sendiri di pusatkan di Lapangan
Pancasila, lapangan ini cukup luas, di lapangan ini memang sering di adakan
beberapa kegiatan-kegiatan yang menyangkut dengan acara pemkot Polman. Dan yang
memberi kata sambutan juga langsung dari pemimpin kota, bapak Bupati. Setelah
pelaksanaan shalat ied masyarakat berbondong-bondong bersalaman dan
bersilaturrahim ke rumah jabatan bapak Bupati Polman yang memang berada tepat
disebelah Selatan lapangan ini.
Lebaran di kampung
halaman memang lebih sering meninggalkan bekas yang mendalam lebih dari di
kota, mulai dari adzan maghrib yang pertanda bahwa ramadhan telah pergi dan
syawal telah menyambut, detik jarum jam pada malam itu pun terasa lebih lama
berputar, ditemani dengan alun-alunan pawai keliling yang telah jauh-jauh hari
di siapkan yang menggema menyeruhkan kalimat takbir.
Itulah
mungkin untaian kata yang bisa menggambarkan suasana idul fitri di tanah anak
mandar, Polman, Sulawesi Barat… Tidak seperti di kota-kota pada umumnya,
suasama malam takbiran tidak begitu terasa, karena masing-masing rumah
mempunyai kesibukannya masing-masing, beda ibu kota, beda pedesaan, suasanya
masing begitu hangat.
Ya
itulah sekelumit kisah menakjubkan, menghabiskan malam di kampong halaman kami,
lalu bagaimana di tempat kalian?? ^_^ (UK)
0 comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar!